Berdasarkan faktor pendorongnya, Riefky memandang tekanan harga yang mulai melemah akibat turunnya harga bensin dan beberapa kelompok barang rumah tangga menyebabkan penurunan angka inflasi itu.
“Lebih lanjut, angka inflasi AS menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir akibat tren disinflasi yang terjadi secara persisten dalam lima bulan terakhir,” tulis Riefky.
Meskipun begitu, inflasi inti AS cenderung stabil di level 3,2% (yoy) dari Juli ke Agustus akibat dorongan disinflasi yang dibarengi kenaikan harga tiket pesawat, asuransi mobil, biaya sewa rumah dan beberapa biaya perumahan lainnya.
Riefky menilai kenaikan biaya perumahan dna jasa lainnya mengindikasikan adanya kekakuan harga (price stickiness) di beberapa komponen barang dan jasa. Hal ini, juga bisa menjadi alasan The Fed tak memangkas suku bunga secara agresif.
“Kemudian, perkembangan di pasar tenaga kerja AS juga menguatkan kemungkinan untuk The Fed segera melakukan pemangkasan suku bunga,” tegasnya.
Sebab, tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 4,2% di Agustus 2024 atau mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yang dilaporkan sebesar 4,3%, yang disertai naiknya tambahan lapangan pekerjaan dari 89.000 di Juli menjadi 142.000 di Agustus lalu.
Peningkatan tambahan lapangan pekerjaan itu, lanjut Riefky, cenderung di bawah ekspektasi sehingga mengindikasikan terdapat perlambatan momentum di pasar tenaga kerja.
“Dan menjadi dorongan tambahan oleh the Fed untuk memangkas suku bunga acuan,” kata Riefky.
(azr/lav)