Investor sedang harap-harap cemas menantikan rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Pasar berekspektasi Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan.
Berdasarkan CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5-5,25% adalah 37%. Adapun probabilitas langkah yang lebih agresif dengan pemangkasan 50 bps ke 4,75-5% mencapai 63%.
Sebagai informasi, hasil rapat The Fed akan diumumkan Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Mengutip Bloomberg News, bank investasi kelas kakap Goldman Sachs menilai investor emas akan kecewa jika The Fed hanya menurunkan suku bunga acuan 25 bps. Ini akan membuat harga emas turun.
“Ada risiko koreksi jika The Fed menurunkan suku bunga acuan 25 bps. Namun, kami tetap memperkirakan harga emas akan kembali terangkat karena faktor pelonggaran moneter,” tulis Analis Lina Thomas dan Daan Struyven dari Goldman Sachs, dalam catatannya.
Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 2.700/troy ons pada awal tahun depan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas kini sudah masuk zona bearish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,31. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 82,33. Sudah di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, bukan tidak mungkin harga emas bakal turun lagi. Cermati pivot point di US$ 2.570/troy ons. Sebab andai tertembus, maka target US$ 2.569-2.567/troy ons akan terkonfirmasi.
Sementara harga emas akan menguji Moving Average (MA) 20 di US$ 2.574/troy ons sebagai target resisten terdekat. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik lagi ke arah US$ 2.579/troy ons.
(aji)