“Walau banyak negara lain menggugat, menentang, bahkan berusaha menggagalkan, tetapi kita sebagai bangsa yang berdaulat, sebagai bangsa yang besar, kita tidak goyah, bahkan terus maju melangkah,” tegasnya, Jumat (16/8/2024).
Langkah tersebut, kata Jokowi, dimulai dari nikel, bauksit, dan tembaga yang akan dilanjutkan dengan timah, serta sektor potensial lainnya, seperti perkebunan, pertanian, dan kelautan.
“Alhamdulillah, sampai saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit, dan tembaga yang membuka lebih dari 200.000 lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara Rp158 triliun selama 8 tahun ini,” ujarnya.
Meski demikian, tingkat kemiskinan pada dua provinsi yang menjalankan aktivitas hilirisasi nikel masih terbilang tinggi, yakni di Sulawesi Tengah dan Maluku utara. Padahal, pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut mencetak nilai yang tinggi pada 2023.
Sulawesi Tengah mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 11,91% tahun lalu, menjadi yang tertinggi untuk wilayah Pulau Sulawesi. Sementara provinsi Maluku Utara mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 20,49% pada 2023 lalu.
“Industri yang memang cukup besar di kedua provinsi tersebut adalah berasal dari industri olahan barang tambang terutama feronikel. Jadi, jika ditarik kesimpulan, industrialisasi atau program hilirisasi nikel memang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di sana,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyastuti di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Meskipun begitu, BPS mencatat angka kemiskinan di Sulawesi Tengah saat ini terdapat 395.660 orang penduduk miskin, hanya berkurang 1,2% dalam satu dekade.
Hal yang sama juga terjadi di Maluku Utara, jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut pada 2023 tercatat sebanyak 83.800 orang. Angka penduduk miskin tersebut meningkat jika dibandingkan besaran tahun 2013 yang mencapai 83.200 orang.
(azr/lav)