“Ini saya kira akan mengurangi juga subsidi kepada BPJS yang sekarang ini sudah diberikan itu sampai kepada kira-kira Rp20 triliun hingga Rp30 triliun,” ujarnya.
Subsidi
Menurut Luhut, upaya untuk mencari campuran BBN pengganti Pertalite/Pertamax juga tidak memiliki isu. Luhut tidak menampik pemerintah harus menanggung beban untuk menyiapkan BBN pengganti Pertalite/Pertamax, tetapi hal yang paling penting adalah mengurangi pencemaran udara.
Di sisi lain, Luhut sebelumnya mengatakan pemerintah tengah melakukan perhitungan untuk memberikan subsidi kepada bahan bakar bioetanol.
Dia tidak menjelaskan dengan gamblang apakah bioetanol bakal digunakan untuk mengganti BBM Pertalite atau Pertamax. Luhut mengatakan peralihan dari Pertalite ke bioetanol menjadi target pemerintah untuk menyelesaikan masalah polusi udara.
“Nanti kita lihat dahulu [untuk pengganti Pertalite atau Pertamax]. Harus ke sana larinya [etanol dicampur dengan Pertalite]. Ya, tetap kita subsidi [BBM bioetanol], lagi kita hitung supaya targetnya yang kita subsidi adalah orang yang pantas disubsidi,” ujar Luhut saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebelumnya mengonfirmasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan memang bertujuan untuk menyiapkan bahan baku biofuel pengganti Pertalite atau Pertamax yang bakal mulai digunakan pada 2027.
Mantan Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, saat ini Wakil Menteri Investasi/BKPM, Yuliot mengungkapkan pemerintah saat ini tengah melakukan persiapan lapangan, sehingga target produksi bahan baku tebu untuk bahan bakar berbasis bioetanol pengganti Pertalite atau Pertamax bisa tercapai pada 2027.
“Penyediaan bioetanol yang berasal dari fermentasi tetes [tebu] digunakan untuk pengganti Pertamax atau Pertalite. [Bioetanol pengganti Pertalite atau Pertamax bisa digunakan] sesuai dengan rencana produksi di Merauke pada 2027,” ujar Yuliot kepada Bloomberg Technoz, akhir April.
-- Dengan asistensi Muhammad Fikri
(dov/wdh)