Terjadinya pembelahan prediksi itu berpotensi membuat pergerakan pasar makin volatile dengan semakin dekatnya 'gong' keputusan The Fed yang dijadwalkan rilis pada Kamis dini hari nanti.
"Ini mengindikaskan pasar berpeluang mengalami koreksi bila keputusan The Fed pekan ini adalah memangkas 25 bps," kata Lionel Priyadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.
Koreksi harga berpotensi terjadi merata baik di pasar ekuitas, surat utang maupun di pasar komoditas.
Ekspektasi pemangkasan Fed rate hingga 50 bps sejauh ini terlihat telah memicu reli harga yang masif di berbagai aset. Harga emas misalnya, berulang memecahkan rekor tertinggi baru dalam beberapa hari terakhir dan sempat diperdagangkan di level US$2.589,70, level all-time-high terbaru, pada perdagangan Senin kemarin.
Begitu juga di pasar saham seperti indeks S&P 500 yang mencetak reli sepekan terakhir. Sementara di pasar surat utang global, gelombang beli juga membesar. Yield Treasury sampai siang ini ketika pasar Eropa dibuka, melanjutkan penurunan.
Imbal hasil UST-10Y semakin terpangkas ke 3,60%, sedang tenor pendek 2Y juga makin landai ke 3,54%, disusul tenor panjang 30Y yang turun ke 3,92%.
Reli harga di pasar global itu berimbas tak kecil pada pasar domestik. IHSG telah memperbarui rekor tertinggi sepanjang masa di mana investor asing sempat membukukan net buy terbesar sejak 2022 pada Jumat pekan lalu, dengan nilai belanja mencapai Rp17,9 triliun sehari.
Sementara harga emas lokal produksi PT Aneka Tambang Tbk, yang jadi salah satu acuan, juga telah menyentuh level harga termahal sepanjang sejarah pada hari ini di Rp1.444.000 per gram.
Di pasar surat utang domestik, terlihat aksi beli berlangsung makin ramai di tengah gelar lelang Surat Utang Negara sejak pagi tadi. Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek 1Y turun 5 bps ke level 6,30%.
Sedangkan tenor 3Y turun 3,5 bps dan tenor 5Y terkikis imbal hasilnya 2,7 bps. Sementara tenor acuan 10Y turun 1,8 bps jadi 6,55%.
Risiko Koreksi
Bank investasi besar, Goldman Sachs, hari ini mengeluarkan peringatan tentang potensi koreksi harga emas dunia bila The Fed hanya memangkas suku bunga sebesar 25 bps.
Namun, Goldman memperkirakan harga emas jangka panjang akan menguat hingga mencapai rekor harga baru setelahnya, didorong oleh peningkatan investasi di ETF (Exchange Trade Fund) emas.
"Pemotongan suku bunga The Fed akan menarik investor kembali ke ETF emas, komponen yang sebagian besar tidak ada dalam reli emas tajam yang diamati dalam dua tahun terakhir," kata analis Goldman Sachs Lina Thomas dan Daan Struyven dalam sebuah catatan, dilansir oleh Bloomberg.
Mereka menegaskan kembali perkiraan bank bahwa harga emas akan terus naik mencapai US$2.700 per ons pada awal tahun depan.
Bank investasi ini memperkirakan The Fed akan memangkas bunga acuan sebesar 25 bps pada Kamis dini hari nanti.
Sebagian pelaku pasar juga menilai, ekspektasi para traders tentang penurunan 50 bps terlalu tinggi.
"Investor menaruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap beberapa kali penurunan suku unga The Fed selama 12 bulan ke depan," kata Co-President Apollo Global Management Inc. Scott Kleinmann.
Ekspektasi itu sulit terpenuhi kecuali terjadi resesi AS.
Tekanan Politik
Kalangan politisi di Amerika Serikat turut bersuara menyoal kebijakan suku bunga The Fed. Tiga orang senator dari Partai Demokrat mendesak bank sentral untuk agresif memangkas bunga acuan untuk melindungi perekonomian AS dari potensi kejatuhan yang lebih dalam.
"Bila The Fed terlalu berhati-hati dalam menurunkan bunga acuan, akan ada risiko yang tidak perlu yakni bahwa ekonomi kita menuju ke arah resesi," kata Senator Elizabeth Warren, Sheldon Whitehouse dan John Hickenloper dalam sebuah surat yang dikirimkan ke Gubernur The Fed Jerome Powell pada hari Senin.
Komite The Fed, menurut para senator, harus mempertimbangkan penurunan bunga acuan secara agresif agar menghindarkan ekonomi AS dari resesi menyusul pelemahan pasar tenaga kerja. Besar pemangkasan yang disarankan adalah 75 bps.
Surat tersebut menyoroti latar belakang politik yang pelik di sekitar The Fed ketika bersiap memangkas bunga acuan pada 2020 lalu demi mendukung pelemahan pasar tenaga kerja.
The Fed sendiri telah berulang menyatakan, kebijakan mereka independen dan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan partisan.
Sebelumnya, Kandidat Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa The Fed tidak boleh mengambil keputusan bunga yang berdampak jelang pemilihan presiden pada November nanti.
Pernyataan Trump itu dibalas oleh kandidat Partai Demokrat Kamala Harris yang mengatakan ia menghormati independensi The Fed bila kelak terpilih.
(rui/aji)