"Para pejabat dari pemerintah perlu menghubungi negara-negara asing untuk menerima bantuan penyelamatan dan bantuan," media pemerintah mengutip pernyataannya.
Myanmar sejauh ini telah menerima 10 ton bantuan, termasuk ransum kering, pakaian, dan obat-obatan dari negara tetangga, India.
Jumlah korban tewas di Myanmar kemungkinan akan terus meningkat. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB memperkirakan 631.000 orang kemungkinan terkena dampaknya, dan "berbagai sumber mengindikasikan bahwa ratusan orang telah meninggal dunia, dan lebih banyak lagi yang masih hilang," ujar badan PBB tersebut dalam laporannya.
Di negara tetangga, Thailand, hujan lebat di sejumlah provinsi yang dilanda banjir kemungkinan besar akan terus berlanjut dalam empat hari ke depan. Sedikitnya 45 orang tewas akibat banjir dan insiden-insiden terkait sejak pertengahan Agustus, sementara sekitar 28.000 rumah tangga masih terdampak oleh banjir di 13 provinsi, menurut departemen pencegahan bencana Thailand.
Yagi juga meninggalkan jejak kehancuran di Vietnam, menewaskan lebih dari 350 orang dan menyebabkan kerusakan senilai US$1,6 miliar. Badai paling kuat di Vietnam dalam beberapa dekade ini merupakan tanda lain bahwa pemanasan global membuat topan tropis menjadi lebih ganas.
Upaya evakuasi dan penyelamatan di Myanmar masih terus berlangsung, dan sering kali terhambat oleh infrastruktur yang rusak, bentrokan yang sedang berlangsung, dan kurangnya dana, demikian ungkap badan PBB tersebut.
Juru bicara Junta Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengatakan bahwa penilaian menyeluruh terhadap kerusakan akan dilakukan untuk memberikan bantuan yang sesuai.
Departemen meteorologi Myanmar meminta warga yang tinggal di dekat bantaran sungai di tiga kota untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman karena Sungai Sittaung telah melampaui tingkat bahayanya sekitar lima meter.
Badan tersebut juga memperkirakan akan terjadi hujan lebat di tiga provinsi, termasuk Negara Bagian Rakhine yang dilanda perang dalam 24 jam ke depan.
(bbn)
