Dia menambahkan bahwa negaranya harus siap menghadapi "ancaman dan tantangan militer" dari AS dan Korea Selatan.
Korea Utara terakhir kali meluncurkan roket ruang angkasa pada Februari 2016, ketika negara itu mengklaim berhasil menempatkan satelit observasi bumi di orbit sebagai bagian dari program ruang angkasanya. Namun, satelit itu diperkirakan gagal mencapai orbit.
Meski sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik, Pyongyang terus mengatakan haknya untuk memilki program ruang angkasa sipil guna meluncurkan satelit.
Program ruang angkasa sempat menjadi motor penting untuk teknologi program militer, namun tingkat kepentingannya terus menurun karena Korea Utara berhasil meningkatkan kemampuan membuat rudal balistik yang mampu membawa kepala nuklir untuk menyerang AS dan sekutu negara itu di Asia.
Akan tetapi, peluncuran satelit akan menambah kekhawatiran bahwa negara pimpinan Kim Jong Un ini berhasil mencapai tingkat yang tidak pernah ada dalam beberapa tahun sebelumnya, yang bisa dilihat dari uji coba senjata untuk melakukan serangan nuklir.
Senjata yang diujicobakan itu antara lain peluncuran rudal balistik antara benua bulan ini yang bisa dengan cepat dikerahkan untuk menyerang AS dan satu sistem rudal baru yang bisa menyerang tentara AS di Korea Selatan dan Jepang
Korea Selatan sendiri juga akan meluncurkan roket Nuri buatan dalam negeri dalam upaya memajukan program ruang angkasa sipilnya.
(bbn)