Adapun, nilai ekspor non-migas ke Asean dan Uni Eropa meningkat, baik secara bulanan maupun tahunan.
Sebelumnya, ekonom memperkirakan kinerja ekspor-impor Indonesia pada Agustus 2024 melambat dibanding bulan sebelumnya. Hal ini terjadi di tengah penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 menjadi level 48,9.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi ekspor RI pada Agustus 2024 tumbuh 3,08% (month-to-month/mtm), didorong oleh peningkatan harga komoditas utamanya batu bara dan Crude Palm Oil (CPO).
Sementara secara tahunan, ia meramal ekspor RI tumbuh 4,20% (year-on-year/yoy), melambat dari bulan Juli 2024 yang tumbuh 6,46%. Menurut dia, hal ini disebabkan normalisasi harga komoditas yang berlangsung di tengah pelemahan ekonomi global.
“Total impor batu bara Tiongkok naik 3% pada Agustus karena permintaan Tiongkok yang masih solid. Selain itu, harga CPO dalam USD [dolar AS] meningkat pada Agustus, didukung oleh penguatan mata uang MYR [ringgit Malaysia],” kata Josua kepada Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (17/9/2024).
(lav)