Ketika kondisi itu terjadi, lanjut dia, akan ada pergeseran harga semakin lebih murah atau deflasi. Hal yang dikhawatirkan nanti bentuk deflasinya termasuk dalam istilah 'malign deflation' alias deflasi karena penurunan di sisi permintaan.
"Ini yang berbahaya," tegas dia.
Sebelumnya, Ekonom memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basispoin (bps) dari semula 6,25% menjadi 6% dalam RDG BI, pekan ini.
Kepala Riset PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menjelaskan bank sentral memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan, karena harga minyak yang lebih rendah, deflasi domestik, serta data global yang lemah, terutama dari China. Hal terpentingnya ialah potensi kejutan dovish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve.
"Minyak adalah kunci inflasi dan prospek rupiah," kata Satria dalam hasil riset yang diterima Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (17/9/2024).
Dia mengatakan pemangkasan BI Rate akan diikuti oleh pelonggaran kebijakan kumulatif sebesar 50 bps pada kuartal IV 2024.
"Sehingga suku bunga BI berada pada level 5,5% pada akhir tahun," kata Satria.
(lav)