Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah sudah diprediksi menyusul semakin kuatnya spekulasi pelaku pasar bahwa besar pemangkasan bunga The Fed pada Rabu waktu setempat akan sebesar 50 bps, lebih besar dibanding prediksi semula dan konsensus ekonom yang sebesar 25 bps. 

Di pasar Treasury, surat utang AS, para investor semakin memperlihatkan keyakinan tersebut dengan memborong lebih banyak obligasi.

Yield atau imbal hasil US Treasury di semua tenor terpangkas di mana tenor 2Y turun 3,2 bps ke 3,551%, sedangkan tenor 10Y turun 3,4 bps ke 3,618%. Tenor panjang 30Y terpangkas lebih banyak, hingga 5,1 bps menjadi 3,928%.

Yield Treasury yang makin landai, memperlebar selisih imbal hasil investasi dengan surat utang RI, menjadi 293 bps. Itu memberi peluang bagi investor yang ingin berburu Surat Berharga Negara (SBN) dengan yield menarik. 

Ditambah pamor saham domestik yang tengah naik setelah asing memborong Rp17,95 triliun saham pada Jumat, rupiah berpeluang makin perkasa didukung capital inflows ke pasar portofolio.

 BI rate bisa turun

Hari ini, Bank Indonesia akan memulai rangkaian dua hari Rapat Dewan Gubernur dan dijadwalkan mengumumkan kebijakan bunga acuan pada Rabu siang. Di Amerika, The Fed juga akan memulai rangkaian pertemuan komite (Federal Open Meeting Committee/FOMC) dan mengumumkan policy rate pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Perhatian pelaku pasar hari ini juga akan terarah pada pengumuman kinerja neraca dagang RI bulan Agustus. Hasil konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg sampai pagi ini memperkirakan, surplus neraca dagang RI berpotensi naik jadi US$1,9 miliar dibanding Juli yang hanya US$472 juta.

Kinerja ekspor diprediksi melambat, hanya tumbuh 4% dibanding 6,46% pada Juli. Sedangkan impor juga diperkirakan lesu, tumbuh 9,3% pada Agustus dibanding bulan sebelumnya 11,07%.

Angka surplus neraca dagang yang membaik bisa memberi sentimen positif pada rupiah. Transaksi Berjalan RI sudah tertekan akibat keterpurukan kinerja perdagangan, di mana defisitnya naik jadi US$3,02 miliar pada kuartal II lalu. 

Bisa turun duluan

Bank Indonesia diperkirakan akan kembali menahan bunga acuan pada RDG bulan ini, meski semakin banyak ekonom dan pelaku pasar memandang BI mungkin akan mendahului The Fed melakukan pivot kebijakan bunga.

Konsensus Bloomberg yang dihimpun dari 32 prediksi, sejauh ini menghasilkan median 6,25%. Namun, sebanyak 8 ekonom memprediksi, BI kemungkinan besar akan memangkas bunga acuan Rabu ini. Keputusan itu akan mendahului The Fed yang baru akan mengumumkan hasil FOMC pada Rabu waktu Washington atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

"Deflasi selama empat bulan beruntun seharusnya meyakinkan BI. Gubernur BI Perry Warjiyo adalah seorang pragmatis yang cenderung bertindak mendahului kurva, ahead of the curve'," kata Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam catatannya.

"Perry mungkin telah mengisyaratkan penurunan BI rate pada Oktober nanti atau setelah The Fed. Namun, rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia bergantung pada data dan bertindak tegas untuk mengejutkan pasar," imbuh Satria.

Sinyal terbaru juga terlihat dalam lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pekan lalu di mana tingkat bunga SRBI-6M pertama kali dalam lima bulan terakhir turun di bawah 7%. Tenor SRBI lain juga turun di mana tenor acuan 12M turun ke level 7,11%.

(rui)

No more pages