Faktor lain yang membuat harga emas terus merangkak naik adalah pemilihan umum (pemilu) presiden AS yang hingga saat ini terus memanas, dengan beberapa waktu ke belakang adanya insiden percobaan pembunuhna terhadap calon presiden Donald Trump.
"Memanasnya kondisi tersebut juga dimanfaatkan oleh spekulator untuk melakukan pembelian kembali emas dunia," ujar dia.
Lalu, adanya perlambatan ekonomi di China yang disebabkan oleh masalah gagal bayar obligasi properti dan penurunan neraca perdagangan negeri Tirai Bambu.
Ibrahim mengatakan, kondisi tersebut semakin memperburuk kontraksi ekonomi China, dengan tingkat pengangguran yang tinggi.
Hal ini, lanjut dia, yang akan memberikan ekspektasi bahwa pemerintah China akan meluncurkan stimulus besar-besaran dan bank sentral China (PBOC) berencana menurunkan suku bunga secara bertahap untuk mendukung kebangkitan ekonomi Tiongkok.
"Ini [diharapkan] akan mengantar senitimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok."
Keempat adalah negara-negara yang sedang mengalami konflik, seperti di China, Taiwan, Rusia, Eropa, dan Timur Tengah, yang juga menyebabkan para pelaku pasar untuk membeli emas secara besar-besaran sebagai aset pelindung (safe haven) guna mempersiapkan diri jika terjadi perang dalam skala besar.
"Faktor ini lah yang memnbuat harga emas kembali kenaikan yang cukup signifikan, bahkan dalam September ini, harga emas dunia kemungkinan akan menyentuh di level US$2.600/troy ons."
(ibn/dhf)