Logo Bloomberg Technoz

Kelas Menengah RI Susut, Masyarakat Perlu Bersiap Lakukan Hal Ini

Hidayat Setiaji
16 September 2024 17:40

Sederet Kebijakan 2025 Bisa Bikin Kelas Menengah Terdegradasi (Bloomberg Technoz/Arie Pratama)
Sederet Kebijakan 2025 Bisa Bikin Kelas Menengah Terdegradasi (Bloomberg Technoz/Arie Pratama)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Jumlah kelas menengah Indonesia menurun. Padahal kelas menengah adalah motor konsumsi rumah tangga, yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2024 tercatat Rp 5.536,5 triliun. Dari jumlah tersebut, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,53%.

Dalam laporan terpisah, BPS menyebut jumlah kelas menengah di Tanah Air pada 2019 berjumlah 57,33 juta jiwa. Kontribusi kelas menengah terhadap konsumsi rumah tangga mencapai 43,3%.

Namun pada 2024, jumlah kelas menengah menyusut menjadi 47,8 juta jiwa. Peranannya terhadap konsumsi rumah tangga pun menciut menjadi 36%.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengungkapkan bahwa data simpanan masyarakat di bank menunjukkan adanya penurunan tabungan pada kelompok masyarakat terbawah ketika harga makanan pokok naik. Meski bantuan sosial dari pemerintah sempat membantu meredam penurunan ini, tetapi untuk kelompok kelas menengah, indeks belanja mereka mengalami stagnasi, menandakan bahwa mayoritas penghasilan mereka masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan. Tabungan yang sebelumnya digunakan untuk kebutuhan mendesak kini mulai digunakan untuk membeli kebutuhan pokok.

Indikator lain yang menunjukkan penurunan kelas menengah adalah turunnya penjualan produk konsumsi seperti rokok. Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) melaporkan penurunan volume sebesar 7,2% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

Penurunan juga diiringi oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang naik 10% tahun lalu. Perusahaan menyebutkan bahwa mereka berencana untuk tidak menambah kapasitas produksi tahun ini karena volume penjualan yang masih dalam kondisi turun.

Ini mencerminkan turunnya daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelas menengah, yang kini lebih memilih untuk mengalokasikan penghasilan mereka pada kebutuhan dasar.

Penurunan serupa juga terlihat dalam penjualan kendaraan bermotor, di mana minat masyarakat kelas menengah untuk membeli motor baru terus berkurang. Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor pada April 2024 turun sebesar 28% dibandingkan Maret 2024.

Penurunan ini juga terjadi pada penjualan kendaraan roda empat yang mengalami penurunan hingga dua digit. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semakin berhati-hati dalam mengatur pengeluaran, dan cenderung menunda pembelian barang-barang yang tidak mendesak.

“Penurunan jumlah kelas menengah menjadi tantangan besar yang membutuhkan solusi terpadu. Kami tetap percaya bahwa dengan perencanaan keuangan yang matang dan strategi yang tepat, kelas menengah tidak hanya bertahan namun juga bertumbuh. Kami menyarankan pengelolaan kas dan diversifikasi investasi yang dibantu dengan pemanfaatan teknologi finansial untuk membantu kelas menengah menghadapi tekanan dan melewati berbagai ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini,” papar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Untuk itu, Grant Thornton Indonesia menyarankan sejumlah solusi yang bisa ditempuh masyarakat di tengah gejala penurunan kelas menegah, konsumsi rumah tangga, dan pertumbuhan ekonomi yaitu:

  1. Diversifikasi Sumber Pendapatan

Untuk mengimbangi tekanan ekonomi, penting untuk mencari sumber pendapatan tambahan, baik melalui investasi atau usaha sampingan, yang dapat membantu menstabilkan kondisi finansial. Hal ini perlu diimbangi dengan menambah keterampilan dan kemampuan yang relevan dengan kondisi pasar untuk meningkatkan daya saing.