Meski demikian, Hosianna juga berpandangan terdapat potensi peningkatan impor yang lebih cepat dibandingkan peningkatan ekspor.
“Mengingat kencangnya laju investasi asing ke domestik. Karena ada kecenderungan saat investasi asing deras maka impor relatif meningkat,” terangnya.
Lebih lanjut, akibat surplus perdagangan yang turun dan peningkatan investasi maka terdapat potensi peningkatan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada masa mendatang.
Namun, Hosianna berpandangan masih terdapat potensi perbaikan pada masa mendatang dari aktivitas domestik, utamanya pada konsumsi domestik serta industri dan pembentukan modal.
“Nah keseluruhan ini, harapannya bisa counter [membalikan] dari potensi penurunan surplus perdagangan,” terangnya.
Hosianna turut melihat potensi keberlanjutan surplus ekspor jangka menengah “dengan peta jalan pemerintah yang mendorong industri berorientasi ekspor serta, impor barang yang juga berorientasi ekspor,” tutupnya.
Pada pemberitaan sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi kinerja ekspor Agustus 2024 tumbuh 3,08% (month to mont/mtm), didorong oleh peningkatan harga komoditas terutama batubara dan Crude Palm Oil (CPO).
“Total impor batubara Tiongkok naik 3% di bulan Agustus karena permintaan Tiongkok yang masih solid,” kata Josua kepada Bloomberg Technoz, Senin (16/9/2024).
Sementara impor, ia ramal pada Agustus 2024 terjadi kontraksi sebesar 5,07% (mtm), utamanya disebabkan oleh pelemahan kinerja di sektor manufaktur.
Dengan demikian, Josua meramal neraca dagang RI pada Agustus 2024 mengalami surplus US2,29 miliar, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$472 juta.
“Peningkatan surplus perdagangan dipengaruhi oleh kinerja ekspor bulanan yang meningkat dan diikuti oleh pelemahan kinerja impor,” pungkasnya.
(azr/lav)