“Kami melihat siklus pelonggaran The Fed yang baru dan akan segera terjadi sebagai penghalang utama bagi dolar, Dolar akan memulai penurunan siklus saat Fed melonggarkan dan membawa suku bunga ke arah netral, atau bahkan di bawahnya, tahun depan,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi di National Australia Bank Ltd.
Greenback telah melemah terhadap sebagian besar mata uang utama selama sebulan terakhir, dengan mata uang-mata uang yang pernah dipukuli seperti yen dan franc Swiss di antara para pemenang terbesar terhadap dolar.
Mata uang Jepang memperpanjang kenaikan lagi pada hari Senin, naik melewati level 140 per dolar yang diawasi ketat karena investor bertaruh pada penyempitan perbedaan suku bunga antara kedua negara.
Dengan para anggota The Fed yang sedang dalam masa libur sebelum pertemuan kebijakan 17-18 September, para trader memiliki beberapa poin data yang dapat diandalkan termasuk penjualan ritel bulan Agustus pada hari Selasa untuk mengukur pemikiran The Fed.
Sebuah indikator teknikal memberi sinyal dukungan untuk dolar karena momentum berubah menjadi bearish.
“Meskipun siklus pelonggaran The Fed berisiko menjadi front-loaded, kami pikir pasar menilai risiko ini secara berlebihan dan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin minggu ini, yang akan memberikan kenaikan pada dolar,” kata David Forrester, pakar strategi di Credit Agricole CIB di Singapura.
Pasar masih sangat mendukung mata uang AS yang lebih lemah. Euro, Yen, Dolar Kanada dan Australia semuanya diperkirakan akan menguat terhadap Dolar AS pada tahun depan, demikian hasil survei Bloomberg terhadap para analis.
“The Fed yang secara tak terduga bersikap dovish dapat melemahkan dolar,” tulis Bob Savage, kepala strategi dan wawasan pasar di BNY dalam sebuah catatan.
Hal ini dapat “mengubah proyeksi inflasi untuk negara-negara, seperti Inggris yang mengimpor komoditas yang dihargai dalam dolar dan mendorong Norges Bank untuk mendukung mata uang yang terkait dengan minyak,” tulis dia.
(bbn)