Dengan inflasi yang melambat lebih cepat dari perkiraan, pasar pun mulai bertanya-tanya. Apakah ruang untuk penurunan suku bunga sudah terbuka?
"Kami tidak meyakini BI akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini, dengan asumsi The Fed (The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat/AS) masih tetap hawkish dan harga energi global masih tinggi," tegas Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.
Soal suku bunga acuan AS, Perry memperkirakan akan terjadi kenaikan 25 basis poin (bps) dalam rapat bulan depan. Setelah itu, Federal Funds Rate akan bertahan di kisaran 5,25% cukup lama, bahkan mungkin sampai 2024.
Menurut Satria, BI juga akan dihadapkan kepada kondisi yang rumit pada bulan-bulan ke depan. Belanja terkait Pemilu akan semakin meningkat sehingga meningkatkan jumlah uang beredar dan aktivitas ekonomi. Pada akhirnya, ini akan mendongkrak inflasi.
Bertahan Sampai Akhir Tahun
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, berpendapat BI sepertinya belum akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Hingga akhir 2023, BI 7 Day Reverse Repo Rate akan bertahan di 5,75%.
Dari sisi eksternal, Faisal menilai masih ada risiko The Fed akan hawkish dengan menaikkan suku bunga acuan 25 bps dalam rapat Mei mendatang. Inflasi inti di Negeri Adikuasa masih 'bandel', pada Maret berada di 5,6% yoy dari 5,5% yoy bulan sebelumnya.
Sementara di sisi domestik, lanjut Faisal, inflasi sudah semakin rendah dan menjauh dari puncaknya di 5,95% yoy pada September tahun lalu. Dampak kenaikan harga BBM sudah kian reda.
Belum lagi arus modal begitu deras masuk ke pasar keuangan Tanah Air. Ditambah dengan neraca perdagangan yang terus surplus selama 35 bulan beruntun, nilai tukar rupiah diharapkan tetap stabil.
Per 17 April, rupiah sudah menguat sekitar 5% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.
"Melihat perkembangan eksternal dan domestik tersebut, kami menilai kebutuhan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate hampir tidak ada. Namun untuk menurunkannya, mungkin baru bisa dilakukan pada kuartal I-2024," sebut Faisal.
Ada Ruang Penurunan
Lionel Priyadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, dalam risetnya menyebut bukan tidak mungin BI bisa menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Hal itu akan sangat ditentukan oleh perkembangan inflasi.
BI menyebut inflasi umum bisa berada di kisaran target 2-4% pada September, lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Samuel Sekuritas menilai skenario itu bisa terwujud, mengingat pada saat Ramadan saja inflasi relatif terkendali.
"Ada kemungkinan BI mulai menurunkan suku bunga acuan pada paruh kedua 2023 dengan total pemotongan 100-125 bps menjadi 4,5-4,75%," ungkap Lionel.
Dengan penurunan suku bunga acuan, lanjut Lionel, maka perlambatan pertumbuhan kredit perbankan bisa diredam. Pada Maret, kredit perbankan tumbuh 9,93% yoy, melambat dari bulan sebelumnya yang 10,53% yoy.
(aji)