Logo Bloomberg Technoz

Pergerakan indeks saham di Asia yang cenderung bervariasi itu terutama karena kekhawatiran pasar tentang kondisi perekonomian China menyusul data ekonomi terakhir yang dilansir akhir pekan lalu.

Produksi pabrik, konsumsi, dan investasi Tiongkok semuanya melambat lebih dari yang diperkirakan untuk bulan Agustus. Sementara tingkat pengangguran secara tak terduga mencapai level tertinggi dalam enam bulan.

Harga rumah turun dari bulan sebelumnya, menambah rangkaian data buruk yang semakin memperdalam pesimisme di kalangan pedagang yang bertanya-tanya apakah otoritas akan memulai stimulus kuat untuk menopang ekonomi.

Valuta Asia cenderung menguat

Bila bursa saham di Asia masih bergerak variatif cenderung berhati-hati karena kekhawatiran akan China dan sepinya perdagangan menyusul banyak pasar yang masih tutup Senin ini, tidak demikian halnya dengan pergerakan valuta kawasan.

Mengacu data realtime Bloomberg, beberapa mata uang Asia bergerak menguat seperti dolar Taiwan yang naik 0,33%, baht Thailand juga menguat 0,14%.

Yuan offshore juga menguat 0,01%, sedangkan peso Filipina juga menguat 0,19%. Dong Vietnam juga menguat 0,16%.

Hanya dolar Singapura yang masih melemah saat ini, meski terbatas dengan penurunan nilai 0,02%.

Bagaimana dengan rupiah?

Menilik pergerakan di pasar offshore, rupiah forward untuk kontrak satu minggu (NDF-1W) bergerak menguat ke kisaran Rp15.411/US$, setelah pekan lalu membukukan penguatan mingguan 0,2%.

Sedangkan rupiah NDF-1M bergerak menguat terbatas di Rp15.425/US$ setelah pekan lalu juga membukukan kenaikan nilai mingguan 0,32%.

Pada saat yang sama, indeks dolar AS pagi ini terlihat makin melemah ke kisaran 100,97 seiring makin kuatnya ekspektasi pasar bahwa The Fed pada pekan ini akan melakukan pivot kebijakan bunga acuan pertama di kisaran lebih besar, yaitu 50 bps.

(rui)

No more pages