Kejadian pada Rabu pagi itu membuat sistem dan website Indodax tidak bisa diakses. CTO dan co–founder, William Sutanto, membalas unggahan dari akun resmi Indodax, dan mengaku telah terjadi insiden keamanan.
“Team sedang melakukan investigasi penuh untuk mencari tahu celah keamanan yang dieksploitasi. Untuk sementara semua fitur Indodax dihentikan, kami mohon maaf atas kejadian ini.”
Kerugian
Sebuah akun media sosial LookonChain mempublikasikan hasil analisis terhadap transaksi mencurigakan di Indodax dengan kerugian mencapai US$22 juta.
LookonChain merupakan tool analisis blockchain yang mengambil data dari DEX dan membuat daftar data berharga. LookonChain mendeteksi dugaan peretasan pada pukul 3 pagi Rabu lalu.
Rabu pagi memang terindikasi waktu terjadinya kejahatan peretasan di platform kripto asal Indonesia itu, dimana koin yang terdampak diantaranya; 6,14 juta USDT, 1.047 ETH (senilai US$2,48 juta), 25 BTC (senilai US$1,4juta), 2,2 juta MATIC (senilai US$849 ribu), 1,4 juta ARB (senilai US$749 ribu), 2 juta ENA (senilai US$465 ribu).
Sistem Keamanan Lemah
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, kasus dugaan peretasan sistem yang dialami oleh salah satu startup penyedia layanan transaksi jual-beli kripto Indodax merupakan cerminan dari sistem pertahanan siber di Indonesia masih lemah.
Hal itu disampaikan Heru dikarenakan memang insiden peretasan terhadap sejumlah layanan yang terkait dengan aset kripto ataupun uang kripto sudah diprediksi jauh-jauh hari.
“Apa yang terjadi dengan Indodax ini memang merupakan peristiwa yang sebenarnya jauh-jauh hari sudah diprediksi akan menyerang layanan-layanan yang terkait dengan aset kripto atau uang kripto, sehingga ketika ini terjadi pada Indodax mungkin ini memang momentumnya,” kata Heru saat dihubungi.
Insiden tersebut, kata Heru, merupakan gambaran umum bahwa sistem keamanan layanan digital yang ada di Indonesia memang masih rawan terkena serangan siber. Ditambah, serangan yang kali ini menyasar ke salah satu platform jual-beli aset kripto terbesar di Indonesia.
“Selain keamanan sibernya lemah, kan juga serangan terhadap layanan-layanan digital di Indonesia ini kan juga cukup besar gitu ya,” tutur dia.
Respons Kominfo
Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi justru mengatakan hal tersebut memang marak terjadi belakangan ini bukan hanya di Indonesia, melainkan juga terjadi di negara tetangga, Singapura.
“Kerawanan atau keamanan, dan ketahanan siber kita ini kan juga jadi salah satu isu [baru]. Singapura [juga] baru kebakaran juga ya data centernya,” kata Budi di Kantor Kominfo, Rabu (11/9/2024)
Mengenai kerawanan serangan terhadap data center, Budi justru melemparkan candaan bahwa tempat yang aman untuk dijadikan penempatan data center itu seharusnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak, karena tempat tersebut merupakan tempat yang minim menjadi sasaran kejahatan.
“Saya bilang, tempat data center yang paling aman itu di bawah Rumah Sakit Ibu dan Anak. Supaya nggak jadi sasaran,” guyonnya.
Klaim Aman
CEO Indodax Oscar Darmawan mengklaim, saldo member Indodax 100% aman baik kripto maupun rupiah. Kasus tersebut juga diklaim tidak menimbulkan kerugian pada nasabah.
Pihaknya juga telah menginvestigasi keamanan siber atas sistemnya masih berlangsung meski pemadaman telah berlangsung 24 jam.
Indodax menegaskan bahwa dana nasabah tetap aman setelah terjadinya kejahatan peretasan.
Dalam pernyataan resminya, perusahaan kripto asal Indonesia itu juga mengungkap memiliki total cadangan aset kripto sebesar Rp11.529 triliun.
"Saldo Rupiah dan aset kripto Anda tetap 100% aman dan tidak terpengaruh oleh proses investigasi dan insiden yang terjadi," ungkap Indodax lewat pernyataan resmi yang dirilis via blog.
Tak hanya itu, Indodax disebutnya juga memiliki cadangan aset kripto yang kuat, termasuk 4.806,34 Bitcoin yang saat ini bernilai sekitar Rp4,288 triliun, serta 36.915,47 Ethereum yang bernilai sekitar Rp1,334 triliun berdasarkan harga pasar terbaru. Selain itu, Indodax juga memiliki aset kripto lain-lain senilai sekitar Rp5,907 triliun.
Sehingga, total cadangan aset kripto Indodax saat ini adalah sekitar Rp11,529 triliun dan seluruh cadangan aset tersebut di atas 100% dari seluruh saldo member Indodax.
Di akhir pernyataannya, Indodax menegaskan akan terus menjaga transparansi penuh dan mengajak nasabah untuk berhati-hati terhadap potensi penipuan yang mengatasnamakan Indodax.
(red)