Ketika ditanya soal perjalanan kapal perang itu, Kansselir Olaf Scholz mengatakan: "Tidak ada yang perlu dikomentari lebih jauh soal perjalanan kapal perang tersebut. Itu adalah perairan internasional."
China mengeluarkan pernyataan tertulis yang diunggah di akun Wechat Komando Theater Timur pada Sabtu (14/9/2024) bahwa langkah itu "berisiko pada keamanan" di sepanjang Selat Taiwan dan mengirim "isyarat yang tidak benar."
Juru bicara Komando, Kolonel Li Xi mengatakan bahwa Komando Theater Timur China selalu dalam keadaan siap siaga penuh dan akan melakukan aksi balasan terhadap segala jenis ancaman dan provokasi.
Unggahan itu mengatakan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China telah mengerahkan kekuatan laut dan udara di wilayah itu.
Keputusan Berlin untuk tetap melaksanakan perjalanan ini bisa membuat marah Beijing yang telah mengerahkan tekanan militer, ekonomi dan diplomatik pada Presiden Taiwan Lai Ching-te.
Presiden Taiwan ini menolak mendukung klaim bahwa negara pimpinannya adalah bagian dari China. Beijing sendiri tidak mencabut opsi mengambil alih wilayah itu dengan jalan kekerasan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning sebelumnya menyebut setiap transit sebagai "aksi provokasi dengan dalih kebebasan bernavigasi." ketika ditanya soal rencana Berlin awal bulan ini.
"Aksi seperti itu membahayakan kedaultan dan keamanan China," ujarnya.
Langkah Jerman ini menggarisbawahi kesediaan negara mitra AS untuk melawan Presiden Xi Jinping dengan mengirim kapal-kapal mereka melalui salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia itu.
China tidak mengklaim selat tersebut tetapi ingin mengatur alur di sana dan selalu memprotes ketika negara lain melintasinya.
Kedutaan Besar China di Jerman mengunggah pernyataan di situsnya pada Jumat malam yang berbunyi "Tidak ada perairan internasional di Selat itu."
Dalam unggahan itu China mendesak Jerman untuk tidak ikut campur dan mengancam hubungan bilateral yang sehat dan stabil antara kedua negara.
Analis dari Intitut Nasional untuk Pertahanan dan Keamanan di Taiwan mengatakan semakin banyak negara-negara Uni Eropa yang hadir di wilayah Indo-Pasifik tahun ini.
"Negara-negara Uni Eropa tidak akan mengirim kapal perang atau tentara jika China menginvasi Taiwan," kata Hsu Chih-hsiang. "Namun mereka tetap mengirim kapal perang ketika situasi damai untuk memperlihatkan keprihatinan mereka."
Dia menambahkan bahwa beberapa tahun lalu, Jerman mempertimbangkan mengirim satu kapal penjelajah ke Selat Taiwan tetapi membatalkan rencana itu karena Kanselir Jerman saat itu Angela Merkel tidak mau membuat China Marah.
Sementara itu, AS melakukan pelayaran rutin melalui selat itu dan Perancis, Inggris dan Kanada juga telah mengirim kapal perang mereka ke wilayah itu dalam beberapa tahun belakangan.
China semakin asertif terhadap Taipei, awal tahun ini mereka mengirim sejumlah besar jet tempur melintasi garis batas wilayah di Selat Taiwan yang dibuat Amerika Serikat.
Langkah itu terjadi ketika Beijing semakin sering bentrok dengan Filipina, sekutu AS, di Laut China Selatan yang diklaim China.
(bbn)