Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 93 gigawatt (GW) per Semester 1-2024 atau periode hingga Juni 2024.

Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional Kementerian ESDM Hasan Maksum menjelaskan 85% atau 79,75 GW dari kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia tersebut merupakan energi berbasis fosil. 

Perincianya, 53% atau 49,88 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 27% atau 25,24 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan 5% atau 4,64 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 

“Jenis pembangkit dari 93 GW sampai saat ini ada sebesar 79,7 GW atau 85% merupakan pembangkit fosil,” ujar Hasan dalam agenda Forum Tematis Bakohumas di Bandung, dikutip Sabtu (14/9/2024). 

Sementara, realisasi pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) adalah 15% atau 13,71 GW. 

Pembangkit listrik berbasis EBT tersebut a.l. 7% atau 6,69 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), 3% atau 2,6 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 4% atau 3,41 GW berasal dari PLT Bio dan 1% atau 0,61 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 

Adapun, 79,79% atau 74,55 GW dari kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia dimiliki oleh PT PLN (Persero). Sementara, terdapat 15,16% atau 14,17 GW berasal dari Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri (IUPTLS). 

Selanjutnya, terdapat 4,25% atau 3,97 GW berasal dari pembangkit pemegang PPU atau pemegang wilayah usaha (wilus). 

“Sampai saat ini ada 65 pemegang wilayah usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia. Jadi selain PLN, ada sekitar 64 yang memiliki wilayah usaha di mana di dalam wilayah usaha tersebut pemegang-pemegang wilayah usaha ini dapat menjual tenaga listrik kepada konsumen di dalam wilayah usahanya,"

Dari 65 pemegang wilayah usaha, lanjut Hasan, 56 merupakan wilayah usaha terintegrasi, di mana di dalamnya terdapat pembangkit sendiri, satu wilus transmisi distribusi dan penjualan dan 8 wilus distribusi dan penjualan. 

“Untuk sebaran pemegang wilus di Indonesia ini ada 19 di Sumatera, kemudian 18 di regional Jawa Madura Bali, 14 di Kalimantan, 4 di Sulawesi kemudian ada 5 pemegang wilus di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara,” ujarnya.

(ain)

No more pages