Logo Bloomberg Technoz

Dilansir melalui situs resmi, PT PLN Nusantara Power (PLN NP) dan PT TBS Energi Utama menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dengan PT PLN Batam untuk proyek PLTS Terapung Tembesi Batam 35 MW Ac atau setara dengan 46 MWp. Perjanjian yang ditandatangani pada 12 Februari 2024 ini memiliki jangka waktu 25 tahun.

PLTS terapung Karangkates berada di Bendungan Sutami, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pada proyek ini, PLN Nusantara Renewables berkerja sama dengan Perusahaan GD Power Hongkong Co, LTd. dan Perum Jasa Tirta I. PLTS Karangkates diupayakan dapat beroperasi di Tahun 2025

Selanjutnya, PLTS Terapung Tembesi diperkirakan menelan biaya investasi sebesar Rp481 milyar. Proyek ini akan dikembangkan oleh PLN NP dan TBS melalui afiliasinya, yakni PT PLN Nusantara Renewables (PLN NR) dengan porsi kepemilikan saham 51% dan PT Batam Tirta Surya dengan porsi kepemilikan saham 49%. Harapannya, konstruksi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) ini akan selesai tahap pertama pada akhir 2024 dan secara keseluruhan Maret 2025 untuk melistriki kawasan industri di Batam.

Sementara, PLN bersama ACWA Power mengembangkan PLTS terapung Singkarak dan Saguling dengan kapasitas masing-masing 50 MW Ac dan 60 MW Ac dengan total investasi US$104,95 juta. 

Pengembangan PLTS terapung Singkarak direncanakan dengan kapasitas 50 MWac dengan target commercial operation date (COD) pada 2025, sementara PLTS terapung Saguling direncanakan dengan kapasitas 60 MW Ac yang diperkirakan COD pada 2024. 

Setelah PPA, kata Hendra, proyek PLTS terapung tersebut menunggu financing date. Paralel dengan itu, pengurusan perizinan, Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) dan komisi bendungan. 

Sekadar catatan, PLTS Cirata merupakan skala utilitas pertama di Indonesia yang memiliki kapasitas 145 MW Ac atau setara 192 MWp, menempati area waduk seluas 200 hektare (ha), dan memiliki tarif kompetitif US$5,8 cent/kWh.

PUPR Beri Lampu Hijau

Hendra mengatakan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sebagai pengelola bendungan, telah menyetujui peningkatan kapasitas PLTS terapung di beberapa bendungan.

Sekadar catatan, PLTS terapung di atas permukaan waduk memiliki kapasitas hingga 14 gigawatt (GW). 

"Menteri [PUPR] Basuki Hadimuljono sudah bersurat ke Kementerian ESDM bahwa beliau sepakat untuk memperbesar cakupan persentase luasan danau atau waduk yang bisa dimanfaatkan, dari yang sebelumnya hanya 5% menjadi 25%," ujarnya.

Hendra juga menjelaskan bahwa potensi 14,7 GW dari 257 waduk tersebar di berbagai wilayah seperti Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. 

"Nah, ini tentu saja mesti diinventarisasi ya, karena antara potensi, kesiapan jaringan listrik, dan kapan masuk RUPTL sesuai dengan COD, sudah dikomunikasikan dengan Gatrik dan PLN. Jadi, nanti tinggal melihat kapan masuk dalam rencana," sambung Hendra.

Berdasarkan catatan yang ada, potensi dari permukaan waduk milik Kementerian PUPR untuk pemasangan PLTS terapung mencapai 89,37 GW, yang tersebar di 293 lokasi. Dari jumlah itu, 257 lokasi dengan potensi 14,7 GW merupakan properti milik Kementerian PUPR.

Sebaran waduk tersebut adalah sebagai berikut:
- Jawa-Bali: 9.076,95 MW (114 lokasi)
- Sumatera: 1.967,56 MW (17 lokasi)
- Kalimantan: 690,22 MW (11 lokasi)
- Sulawesi: 1.646,84 MW (15 lokasi)
- Maluku-Nusa Tenggara: 1.320,14 MW (100 lokasi)

Sementara itu, potensi di 36 lokasi danau sebesar 74,66 GW terbagi sebagai berikut:
- Jawa-Bali: 641,3 MW (2 lokasi)
- Sumatera: 34.867,9 MW (12 lokasi)
- Kalimantan: 2.437,9 MW (3 lokasi)
- Sulawesi: 24.415,6 MW (6 lokasi)
- Maluku-Papua-Nusa Tenggara: 12.302,4 MW (13 lokasi)

"Hingga Juli 2024, kapasitas terpasang PLTS terapung ini telah mencapai 193,01 MW," imbuhnya.

(ain)

No more pages