“Kami mempertimbangkan untuk membagikan dividen tunai kepada seluruh pemegang saham,” terang Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira kepada Bloomberg Technoz.
Dengan kata lain, pemegang saham ADRO bisa menebus saham atau membeli saham AAI menggunakan dividen yang diterima. Jika tidak melakukan penebusan-pun, pemegang saham tetap akan menerima dividen ADRO.
“Para pemegang saham Perseroan atas pilihannya, dapat menggunakan dividen tunai tersebut untuk membantu mendanai partisipasi para pemegang saham Perseroan dalam Rencana Transaksi,” tulis manajemen.
Kontribusi Kinerja AAI Terhadap ADRO
Menariknya, AAI punya kontribusi total aset, pendapatan usaha, dan laba bersih melebihi dari 50% kepada ADRO.
Dalam catatan di pengumuman yang sama, total aset AAI menyentuh US$5,43 miliar (Rp83,77 triliun) yang mencerminkan porsi 52,9% dari total posisi aset ADRO hingga pertengahan tahun 2024 yang ada di angka US$10,26 miliar (Rp158,2 triliun).
AAI juga berkontribusi hingga menyumbang pendapatan usaha kepada ADRO mencapai US$2,65 miliar (Rp40,96 triliun) yang setara dengan 89,4% dari total pendapatan usaha ADRO sepanjang pertengahan tahun ini di US$2,97 miliar (Rp45,83 triliun).
Alhasil, AAI pun turut menyumbang laba bersih tahun berjalan kepada ADRO mencapai US$922,76 juta (Rp14,22 triliun). Pencapaian ini lebih besar atau mencapai 104,8% dari laba bersih ADRO di US$880,1 juta (Rp13,57 triliun) lantaran adanya non recurring gain mencapai US$322,9 juta pada laba bersih AAI yang dieliminasi pada laba bersih ADRO.
Sebagai prestasi lain, AAI juga memiliki saham-saham pada beberapa Perusahaan lain, yaitu PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai, yang memproduksi batu bara termal berkalori menengah dengan kadar polutan rendah.
AAI juga memiliki saham pada dua Perusahaan pertambangan batu bara termal yang saat ini sedang dikerjakan, yaitu PT Pari Coal dan PT Ratah Coal. Selain itu, AAI memiliki bisnis jasa logistik, meliputi angkutan tongkang dan pemuatan kapal batubara.
AAI juga memiliki bisnis-bisnis pendukung melalui anak Perusahaan yang bergerak di bisnis pertanahan, air, investasi, dan ketenagalistrikan demi mendukung operasi bisnis pertambangan.
Efek Spin Off Bisnis Batu Bara AAI
Oleh karena itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan mencermati investor dapat menilai kembali harga saham ADRO dalam waktu dekat.
Investor mungkin mulai melihat ADRO sebagai Perusahaan Energi Baru Terbarukan, yang dapat menyebabkan peningkatan multiple valuasi yang lebih tinggi kedepannya.
“Atau, sebagai Perusahaan holding/investasi, langkah ini berpotensi memangkas valuasi P/E saat ini yang berada di 4,9x,” terang Rizkia dalam riset terbarunya.
Terlepas dari itu, Analis Mirae Asset melihat potensi revisi ke bawah dari pergerakan harga saham ADRO dalam trend jangka pendek, yang dapat terwujud setelah pengumuman dividen berikutnya.
Revenue per Share atau total pendapatan per lembar saham Perusahaan ADRO yang beredar juga akan terpangkas (Menyusut), menurut Rizkia, efek dari terlepasnya kontribusi AAI, dari yang sebelumnya Rp1.498/saham, menjadi hanya Rp159/saham.
Hal yang nyaris senada juga diutarakan oleh Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dalam risetnya terbarunya menjelaskan setelah Spin-Off ini, nantinya ADRO akan memiliki kas yang amat jumbo yang kemungkinan berkisar antara Rp40 triliun hingga Rp90 triliun, yang tergantung dengan jumlah pembayaran dividen.
“ADRO kemungkinan akan memanfaatkan kas tersebut untuk membiayai upayanya dalam Energi Hijau/Terbarukan,” paparnya.
Analis Algo Research Alvin Baramuli menilai, sejatinya ada sentimen tersembunyi yang bisa menjadi katalis di sektor batu bara.
Menurutnya, valuasi mayoritas saham batu bara saat ini sedang murah. Prospek harga batu bara ke depan juga diperkirakan stabil, bahkan cenderung lebih menguntungkan dibanding periode-periode sebelumnya.
"Artinya, hanya butuh katalis untuk membuka prospek saham batu bara lebih lebar lagi," ujar Alvin.
Katalis yang dibutuhkan adalah, aksi korporasi yang tengah dilakukan oleh Adaro. Tidak menutup kemungkinan, efek serupa bisa dirasakan emiten batu bara lain jika memiliki aksi korporasi sejenis.
Rekomendasi Saham ADRO
Andreas melihat ada pergeseran mendasar pada model bisnis ADRO di masa depan, yang dapat mengakibatkan ketidakpastian yang lebih tinggi dalam arus kas dan dividen pada tahun-tahun berikutnya.
“Kami pikir investor harus mempertimbangkan untuk mengambil keuntungan (Sell On Strength) setelah pengumuman tersebut,” rekomendasi saham ADRO oleh Analis Sucor Sekuritas.
Risiko reinvestasi dari posisi kas ADRO yang besar juga jadi alasan.
Menyusul Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dalam catatannya berjudul ADRO: Unlocking Hidden Gem, memaparkan jika nantinya transaksi terealisasi, ADRO akan membuka nilai AAI dan mendapatkan tambahan kas untuk membagikan dividen atau mendukung pertumbuhan anorganik.
“Valuasi tersirat AAI berkisar antara US$2,45 miliar hingga US$2,63 miliar, menyiratkan 34% dari kapitalisasi pasar ADRO saat ini. Kisaran valuasi mencerminkan P/E FY24F tahunan sebesar 1,3x, secara signifikan lebih rendah dari P/E rata-rata industri sebesar 5,0x,” jelasnya.
Pada tahap ini Analis Samuel Sekuritas tetap mempertahankan rating Buy/ Beli saham ADRO dengan target harga Rp4.000/saham yang mencerminkan P/E FY24F di 5,7x.
Senada, Analis Maybank Investment Banking Group Hasan Barakwan juga tetap mempertahankan rating Buy terhadap rekomendasi saham ADRO, dengan target harga saham ADRO dapat mencapai Rp4.200/saham usai pengumuman aksi korporasi tersebut.
(fad/ain)