Logo Bloomberg Technoz

Dekade Berat Manufaktur: Revolusi Gugur, Industri Kian Tersungkur

Pramesti Regita Cindy
19 September 2024 08:00

Workers labor on an E-Motor electric motorcycle on the assembly line of PT Terang Dunia Internusa's United Bike factory in Citeureup./Bloomberg-Dimas
Workers labor on an E-Motor electric motorcycle on the assembly line of PT Terang Dunia Internusa's United Bike factory in Citeureup./Bloomberg-Dimas

Bloomberg Technoz, Jakarta Menjelang akhir periode pertama masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ambisi pemerintah untuk merevitalisasi industri manufaktur Indonesia kencang digaungkan dengan mempercepat implementasinya melalui program Fourth Industrial Revolution (4IR) atau Revolusi Industri 4.0. 

Saat itu, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jokowi meresmikan jargon Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam memasuki era automasi dan  modernisasi manufaktur alias Industri 4.0.

Menteri Perindustrian, yang kala itu masih dijabat oleh Airlangga Hartarto, dalam pengantar Making Indonesia 4.0 yang diterbitkan pemerintah pada 2018 menyebut 4IR sebagai manuver untuk mendukung pencapaian visi Indonesia menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia, ditakar dari sisi produk domestik bruto (PDB)-nya.

Tidak hanya itu, dengan mimpi Revolusi Industri 4.0 ini, Indonesia kala itu berambisi untuk mewujudkan lebih banyak lapangan pekerjaan dan meraih kembali kejayaan sebagai eksportir netto, melalui pencapaian ekspor netto sebesar 10% dari PDB pada 2030.

AstraTech, kampus milik PT Astra Internasional di Cikarang. (Bloomberg Technoz/ Rezha Hadyan)

Menyitir buku saku pengantar Making Indonesia 4.0, pemerintah menggadang-gadang 4IR dengan asa menjemput manufaktur yang berbasis macam-macam teknologi canggih; seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), internet untuk segala atau internet of things  (IoT), wearables, robotika canggih, dan 3D printing.