Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyatakan institusi keuangan syariah termasuk instrumen berbasis syariah relatif lebih kuat dibandingkan  institusi dan instrumen konvensional dalam menghadapi krisis.

Destry menceritakan saat krisis finansial 1997-1998 institusi dan instrumen keuangan syariah lebih tahan menghadapi krisis karena dalam keuangan syariah terdapat underlying asset yang menjadi dasar penerbitan suatu instrumen syariah.

“Kenapa? Karena dalam keuangan syariah kita melihat atau tau yang namanya ada underlying asset dengan tentu nanti modelnya ijarah, mudharabah, dan musyarakah,” tutur Destry dalam Festival Ekonomi Syariah Jawa 2024 yang disiarkan virtual, Jumat (13/9/2024).

Destry menyatakan underlying asset yang menjadi dasar penerbitan suatu instrumen syariah membuat instrumen tersebut terhindar dari potensi bergelembung (bubble) atau kenaikan harga melebihi nilai fundamentalnya.

Pemerintah setiap menerbitkan instrumen keuangan syariah seperti sukuk atau Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) global dan ritel pasti terdapat aset dasar dalam penerbitannya. Contohnya, penggunaan jaminan Gelora Bung Karno (GBK) dalam penerbitan sukuk pada 2009 silam.

“Artinya di sini bagaimana secara langsung bisnis model syariah mengaitkan antara sisi keuangan, sisi dampaknya, harus ada impact-nya,” ucap Destry.

Destru juga menyebut, International Monetary Fund (IMF) bahkan tengah melirik dan mempelajari keuangan syariah untuk mengetahui kepatuhan syariah atau sharia compliance dalam aktivitas keuangan konvensional.

“Ini menjadi ini luar biasa sekali, bahkan IMF sendiri melihat dan mau juga belajar keuangan syariah,” ujar Destry.

Meski demikian, ia mengakui bahwa pasar keuangan syariah di Indonesia masih belum berkembang dengan baik. Pasalnya, instrumen keuangan syariah di Tanah Air masih sangat terbatas. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

“Salah satu tantangan ekonomi syariah adalah pasar keuangannya yang belum bekrembang,” papar Destry.

(azr/roy)

No more pages