Logo Bloomberg Technoz

DGS BI: Instrumen Syariah Lebih Tahan Hadapi Krisis

Azura Yumna Ramadani Purnama
13 September 2024 12:30

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti dalam diskusi Economic Outlook Bloomberg Technoz, Rabu (7/2/2024).Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti dalam diskusi Economic Outlook Bloomberg Technoz, Rabu (7/2/2024).Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyatakan institusi keuangan syariah termasuk instrumen berbasis syariah relatif lebih kuat dibandingkan  institusi dan instrumen konvensional dalam menghadapi krisis.

Destry menceritakan saat krisis finansial 1997-1998 institusi dan instrumen keuangan syariah lebih tahan menghadapi krisis karena dalam keuangan syariah terdapat underlying asset yang menjadi dasar penerbitan suatu instrumen syariah.

“Kenapa? Karena dalam keuangan syariah kita melihat atau tau yang namanya ada underlying asset dengan tentu nanti modelnya ijarah, mudharabah, dan musyarakah,” tutur Destry dalam Festival Ekonomi Syariah Jawa 2024 yang disiarkan virtual, Jumat (13/9/2024).

Destry menyatakan underlying asset yang menjadi dasar penerbitan suatu instrumen syariah membuat instrumen tersebut terhindar dari potensi bergelembung (bubble) atau kenaikan harga melebihi nilai fundamentalnya.

Pemerintah setiap menerbitkan instrumen keuangan syariah seperti sukuk atau Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) global dan ritel pasti terdapat aset dasar dalam penerbitannya. Contohnya, penggunaan jaminan Gelora Bung Karno (GBK) dalam penerbitan sukuk pada 2009 silam.