Terkait dengan realisasi produksi susu ikan ini, Arief menegaskan rencana tersebut harus diwujudkan. "Namanya rencana harus terealisasi, itu namanya driving execution. Apa yang kita rencanakan, harus kita eksekusi," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (KKP) Budi Sulistiyo mengungkapkan susu ikan sudah diproduksi di Indonesia sejak 2017. Salah satu inovasi yang dihasilkan yakni ekstrak protein ikan yang akan menghasilkan susu ikan.
"[Dari] salah satu inovasi pada 2019-2021 itu lah muncul susu ikan ini. Ini adalah minuman berprotein tinggi dari ekstrak protein ikan," kata Budi.
Budi lantas memerinci protein ekstrak itu berasal dari ikan segar murah seperti seperti petek, selar, layur, tamban, dan belok.
Kemudian, ekstrak tersebut naik kelas agar dapat memberikan nilai tambah dibuat Hidrolisat Protein Ikan (HPI). HPI merupakan ekstrak protein ikan berbentuk bubuk putih. Adapun, susu ikan merupakan HPI yang telah diseduh dengan air hangat.
Selain itu, ekstrak tersebut berasal dari sejumlah ikan dengan nilai ekonomis rendah, sehingga langkah ini dapat membantu para nelayan untuk mereka jual kembali. Setelah melalui tahap HPI, maka akan menghasilkan produk susu ikan.
"Kalau dalam industri disebut susu analog. Susu analog adalah susu yang berbahan dasar bukan dari hewan berkaki empat. Nah ini susu ikan adalah penyemangat minuman berprotein yang berasal dari ekstrak protein ikan," tuturnya.
Budi bahkan menyebut, susu ikan memiliki banyak kandungan, utamanya adalah omega 3, DHA, dan EPA yang merupakan faktor pembentuk pengembangan otak. Kandungan ini, kata Budi, tidak ada di dalam susu formula sapi. Sementara itu, jika berasal dari ekstrak protein ikan, akan ada kalsium hingga vitamin C.
Susu ikan, lanjut Budi, bebas laktosa dan alergen sehingga aman dikonsumsi anak-anak. Dengan keunggulan tersebut, susu ikan diklaim dapat diserap tubuh lebih banyak dan lebih cepat dari jenis susu lainnya.
Susu ikan ini bahkan diklaim tidak memiliki efek samping saat mengonsumsinya, karena sampel susu ikan telah dikenalkan dan dicoba anak-anak saat Hari Keluarga Nasional (Harganas) dan Kegiatan Gemar Ikan.
"Kalau dari prosesnya enggak ada. Kami coba ke anak-anak enggak ada [efek sampingnya]. Jadi waktu itu dikenalkan, kita menggunakan anak-anak. Kemudian pada waktu Harganas dan kegiatan-kegiatan gemar ikan itu kami kenalkan," ucap Budi.
KPP, lanjut Budi, juga tengah meningkatkan produksi susu ikan di dalam negeri. Budi mencatat, hingga saat ini, baru ada satu pabrik susu ikan di Indramayu, Jawa Barat dengan kapasitas 30 ton/bulan. Sebagai percontohan, pemerintah tengah membangun pabrik susu ikan di Pekalongan, Jawa Tengah.
Kapasitas pabrik yang dibangun di Pekalongan mencapai 50 ton/bulan. Pabrik tersebut dijadwalkan akan rampung pada November. Dengan demikian, kapasitas produksi susu ikan di kawasan Pantura hingga akhir tahun ini menjadi sekitar 80 ton/bulan.
Budi menargetkan kapasitas produksi susu ikan di dalam negeri dapat mencapai 100 ton/bulan. Pabrik yang dibangun nantinya akan memproduksi HPI.
Sekadar catatan, rencana kebijakan susu ikan mencuat usai PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food mengumumkan rencana alternatif pengadaan susu dalam program makan bergizi gratis. Hal ini didasarkan pada masih belum cukupnya produksi dan stok susu sapi di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, tanpa program makan bergizi gratis, kebutuhan susu nasional mencapai 4,3 juta ton per tahun. Sebanyak 22,7% di antaranya masih dipenuhi melalui kebijakan impor. Sedangkan pada program makan bergizi gratis menyasar 82,9 juta anak sekolah, balita, dan ibu hamil.
Program Makan Bergizi dan Susu Gratis yang digagas Prabowo bertujuan untuk menurunkan angka stunting Indonesia yang cukup tinggi yaitu 21,5% pada 2023.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Salah satu yang dapat mengatasi masalah stunting dengan peningkatan konsumsi ikan.
(prc/wdh)