Jisman mengatakan PLTU Jawa 9 dan 10 menggunakan teknologi ultra super critical (USC) buatan Korea Selatan sehingga diklaim lebih efisien dan rendah emisi karbon.
Selain itu, PLTU Jawa 9 dan 10 juga menggunakan teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk menurunkan emisi sulfur oksida (SOx), penggunaan electric static precipitator untuk menurunkan emisi partikulat dan penggunaan selective catalytic reduction untuk menurunkan emisi nitrogen oksida (NOx).
Dilansir melalui situs resmi PT PLN (Persero), perseroan bersiap menerapkan pemanfaatan 60% amonia hijau sebagai bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Jawa 9 dan 10 yang berada di Suralaya, Cilegon, Banten.
Organisasi Independen Trend Asia dalam akun sosial media resmi X, dahulu Twitter, menyebutkan PLTU Jawa 9 dan 10 pada Senin (9/9/2024) telah melakukan uji coba mesin.
“PLTU berkapasitas 2.000 MW ini diperkirakan akan membutuhkan batu bara sekitar 20.444 ton/hari dan akan berkontribusi melepaskan 250 juta metrik ton CO2 ke atmosfer,” tulis Trend Asia dalam akun X.
(dov/wdh)