Logo Bloomberg Technoz

Ekonom Indef: Kebijakan Moneter Justru Bebani Fiskal yang Ketat

Azura Yumna Ramadani Purnama
12 September 2024 20:00

Pusat ekonomi di jantung kota DKI Jakarta. (Dok Muhammad Fadli/Bloomberg)
Pusat ekonomi di jantung kota DKI Jakarta. (Dok Muhammad Fadli/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom menilai masih terdapat kebijakan moneter yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) justru menjadi beban bagi fiskal Indonesia yang terbilang ketat. Salah satunya, kebijakan menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada April lalu.

Direktur sekaligus Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menjelaskan kenaikan BI-Rate tersebut menyebabkan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) naik lebih tinggi.

“Tentunya dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga SBN ini akan meningkatkan beban fiskal, karena anggaran yang dialokasikan untuk membayar SBN ini lebih besar,” ujar Esther dalam diskusi publik INDEF disiarkan secara daring, Kamis (12/9/2024).

Ester menyebut ketika yield suku bunga secara umum telah mengalami penurunan justru yield SBN tidak kembali pada posisi Maret 2024 yakni ketika suku bunga acuan BI belum mengalami kenaikan.

Selain itu, suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari kenaikan BI-Rate. Pada Januari - Juni yang lalu, suku bunga SRBI 6,9,12 bulan masing-masing naik 68 bps, 73 bps, dan 69 bps, sedangkan BI-Rate hanya naik 25 bps.