Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Peneliti Global health security, Dr Dicky Budiman MScPH PhD menjelaskan mayoritas orang yang terinfeksi virus EEE (sekitar 95%) tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Yakni diantaranya, demam, sakit kepala, gejala mirip flu.

"Setelah masa inkubasi 4 hingga 10 hari, sekitar 5% dari mereka yang terinfeksi dapat mengalami pembengkakan otak (ensefalitis)," kata Dicky dalam keterangannya.

Gejala ensefalitis dapat mencakup:

  • Demam tinggi mendadak
  • Sakit kepala berat
  • Muntah
  • Kebingungan
  • Kejang
  • Koma
  • Ensefalitis akibat EEE sangat serius dan dapat memerlukan perawatan intensif.

Di antara mereka yang mengembangkan ensefalitis, sekitar sepertiga (33%) meninggal dunia. Dua pertiga sisanya mungkin mengalami defisit neurologis permanen, termasuk masalah kognitif, kelemahan, atau gangguan gerakan.

"Orang yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 50 tahun, serta mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, berisiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi ensefalitis,"ungkap Dicky.

Pengobatan dan Vaksinasi

Saat ini, tidak ada pengobatan yang terbukti efektif atau vaksin yang tersedia untuk manusia terhadap EEE. Beberapa klinisi telah mencoba menggunakan steroid untuk mengurangi pembengkakan atau antibodi untuk meningkatkan respons imun, tetapi tidak ada yang terbukti efektif dalam uji klinis besar.

Perawatan terutama bersifat suportif dan bertujuan untuk mengelola gejala:

  • Mengendalikan pembengkakan otak di unit perawatan intensif
  • Mengobati kejang dengan obat anti-kejang
  • Rehabilitasi jangka panjang bagi yang selamat dari ensefalitis
  • Ada vaksin untuk kuda di daerah endemik, tetapi belum ada vaksin yang disetujui untuk manusia.

Pencegahan

Pencegahan utama terhadap EEE adalah menghindari gigitan nyamuk. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

1. Menggunakan Repelan Serangga Terdaftar EPA: Gunakan repelan yang mengandung DEET, picaridin, atau minyak lemon eucalyptus pada kulit yang terpapar saat berada di luar ruangan. 

2. Memakai Pakaian Pelindung: Kenakan baju lengan panjang dan celana panjang. Pakaian yang dirawat dengan insektisida seperti permethrin dapat memberikan perlindungan tambahan.

3. Menghindari Aktivitas Luar Ruangan pada Waktu Nyamuk Aktif: Batasi aktivitas di luar ruangan dari senja hingga fajar, saat nyamuk paling aktif.

4. Menggunakan Penghalang Nyamuk: Pastikan rumah memiliki jaring nyamuk yang baik atau gunakan pendingin udara untuk mencegah nyamuk masuk.

5. Menghilangkan Genangan Air: Hilangkan air tergenang di sekitar rumah yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, seperti di ember, pot bunga, atau ban bekas.

6. Kolaborasi dengan Otoritas Setempat: Ikuti arahan dari dinas kesehatan atau agen pengendalian vektor setempat yang mungkin melakukan penyemprotan insektisida di area dengan beban infeksi tinggi.

Belum ditemukan di Indonesia

Namun, Indonesia memiliki iklim tropis dan berbagai spesies nyamuk yang bisa menjadi vektor penyakit. Meskipun risiko EEE masuk ke Indonesia rendah karena virus ini lebih banyak ditemukan di ekosistem spesifik di AS, kewaspadaan tetap diperlukan terhadap penyakit yang ditularkan melalui nyamuk lainnya.

"EEE cenderung tetap menjadi penyakit lokal di daerah endemik dengan ekosistem dan vektor spesifik. Karena siklus hidup virus ini sangat tergantung pada jenis nyamuk dan burung tertentu di lingkungan rawa-rawa, kecil kemungkinan EEE akan menjadi epidemi global atau pandemi. Namun, perubahan iklim dan mobilitas global tetap menjadi faktor yang harus dipantau," kata Dicky.

EEE adalah penyakit virus yang langka namun berpotensi mematikan, dengan fokus penularan di wilayah tertentu di Amerika Serikat. Karena tidak ada pengobatan atau vaksin yang efektif untuk manusia, pencegahan melalui pengendalian gigitan nyamuk adalah kunci utama. Masyarakat perlu waspada dan mengambil langkah-langkah preventif, terutama selama musim nyamuk aktif, untuk mengurangi risiko infeksi.

(dec/spt)

No more pages