Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham teknologi, saham energi, dan saham konsumen primer jadi yang tertinggi kenaikannya pada hari ini, menguat mencapai 7,61%, 1,57%, dan 1,17%. Selanjutnya saham transportasi menguat hingga 0,45%.

Saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) yang melesat 31,5%, PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) melonjak 25%, dan PT IndoInternet Tbk (EDGE) melejit 24,8%.

Penutupan Saham EDGE pada Kamis 12 September (Bloomberg)

Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) yang jatuh 17,4%, PT Indoritel Tbk (DNET) ambruk 15%, dan PT Buana Finance Tbk (BBLD) anjlok 13,8%.

Sepanjang hari ini, sejumlah indeks saham utama Asia kompak bergerak menghijau. Dipimpin oleh NIKKEI 225 (Tokyo) yang meningkat 3,41%, Weighted Index (Taiwan) melesat 3,05%, Topix (Jepang) menghijau 2,44%, Kospi (Korea Selatan) terbang 2,34%, SENSEX (India) melonjak 1,77%, dan PSEI (Filipina) melonjak 1,15%.

Senada, Hang Seng (Hong Kong) berhasil menguat 0,77%, Straits Time (Singapura) juga menghijau 0,72%, SETI (Thailand) mencatat penguatan 0,44%, dan Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam) terangkat 0,25%.

Di sisi berseberangan, masih ada Shenzhen Comp. (China) drop 0,48%, CSI 300 (China) melemah 0,43%, Shanghai Composite (China) yang merah 0,17%, dan KLCI (Malaysia) terdepresiasi 0,09%.

Adapun Bursa saham Asia terpapar gerak positif yang menghijau dengan yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street kompak finish di zona penguatan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,31% dan juga S&P 500 yang menguat 1,07%. Lebih unggul, Nasdaq Composite berhasil menguat mencapai 2,17%.

Indeks saham Asia mengikuti arah kenaikan yang terjadi di Wall Street setelah pelaku pasar menerima sinyal yang amat positif dari data inflasi Harga Konsumen (IHK), atau Consumer Price Index (CPI) yang terbit sesuai dengan ekspektasi, menambah keyakinan Federal Reserve akan memangkas suku bunga 25 bps di 18 September.

Inflasi Amerika Serikat melambat dan sesuai ekspektasi, para trader saat ini melihat dengan optimis kemungkinan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga pekan depan.

Inflasi AS. (Dok: Bloomberg)

Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics/BLS) yang dipublikasikan semalam, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) melambat menjadi 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang 2,9% yoy dan lebih rendah daripada konsensus pasar yang memperkirakan di 2,6% yoy.

Angka inflasi 2,5% yoy pada Agustus juga merupakan yang terendah sejak Februari 2021, sekaligus menandai bulan kelima berturut-turut ukuran tahunan tersebut melambat, dan ditarik turun oleh harga bensin yang lebih murah.

Sementara dibandingkan Juli dalam data bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS berada di 0,2%. Sama dengan bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Adapun inflasi inti (Core Inflation) secara tahunan adalah 3,2%. Ini menjadi yang terendah dalam lebih dari 3 tahun.

Sedangkan inflasi inti bulanan adalah 0,3%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 0,2% mtm dan ekspektasi pasar dengan angka yang sama.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar swap memperkuat keyakinan untuk pemotongan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin ketika para pejabat Bank Sentral bertemu pekan depan. Setelah The Fed mulai menurunkan biaya pinjaman, perdebatan akan berpusat pada laju pelonggaran berikutnya.

Mengutip CME FedWatch Tools, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5–5,25% dalam rapat bulan ini, 18 September mencapai probabilitas 85%.

(fad/lav)

No more pages