“Bulan-bulan Juli lalu kalau kita ingat, ekspektasi inflasi bahkan sampai 6,7%. Kami sampaikan ini [sudah] overshooting ekspektasi inflasinya. Maka, kita respon dengan kebijakan kenaikan bunga sehingga saat akhir tahun lalu [ekspektasi] inflasi sudah turun juga di 5,5%,” jelas Perry.
Lalu, terkendalinya imported inflation atau inflasi yang bersumber dari importasi barang/barang-barang impor. “Inflasi global itu masih tinggi. BI stabilkan rupiah itu menjadi bagian dari pengendalian inflasi yang bersumber dari luar negeri,” paparnya.
Kami bisa yakini inflasi IHK mulai Agustus sudah bisa di bawah 4%.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia
Faktor lain adalah koordinasi yang bagus antara pemerintah pusat dan daerah mengendalikan inflasi melalui operasi pasar dan membenahi gangguan pasokan di daerah-daerah. Langkah itu berhasil mengerek turun inflasi dari volatile food dari 11,3% pada September 2022 menjadi 5,7% per Maret lalu.
Terakhir adalah pengucuran insentif dari sisi fiskal seperti subsidi bahan bakar minyak dan energi yang berkontribusi menstabilkan tekanan inflasi dari barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered price).
Resep yang diterapkan BI itu diyakini akan tetap ampuh membawa inflasi lebih cepat kembali ke target bank sentral. “Kami bisa yakini inflasi IHK mulai Agustus sudah bisa di bawah 4%,” kata Perry.
Meski membeberkan potensi inflasi lebih cepat dan lebih rendah ditarik ke kisaran target bank sentral sebelum tahun ini berakhir, Perry, sebagaimana harusnya seorang gubernur bank sentral, enggan memberi jawaban gamblang apakah bunga acuan BI7DRR berpeluang turun tahun ini.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi menilai, inflasi IHK bahkan berpeluang kembali ke rentang target 3±1% pada Juli 2023 bila tingkat inflasi Lebaran pada April tidak melebihi 0,8% secara bulanan. Sebaliknya, bila tingkat inflasi April melebihi batasan tersebut, maka inflasi baru akan kembali ke kisaran target bank sentral pada bulan September sesuai dengan prediksi BI sebelumnya.
Perbedaan itu menjadi penting karena berpotensi menentukan kapan Bank Indonesia akan mulai memangkas suku bunga BI7DRR.
Faktor rupiah
Sejatinya, Bank Indonesia memiliki cukup banyak alasan untuk berbalik arah alias mulai menurunkan bunga acuan sebelum tahun ini berakhir.
Selain faktor inflasi yang lebih cepat turun serta lebih rendah penurunannya dari perkiraan bank sentral sendiri, penguatan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor lain yang penting yang bisa memberi alasan lebih banyak bagi BI untuk pivot.
Sampai 17 April, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menguat 1,38% dibandingkan akhir Maret 2023 terdorong oleh aliran modal asing di investasi portofolio alias pasar keuangan domestik. Bila menghitung dari awal tahun, nilai tukar rupiah mencatat penguatan hingga 5,26% year-to-date.
Penguatan rupiah itu lebih tinggi dibandingkan penguatan mata uang kawasan seperti rupee India (+0,93%), lalu baht Thailand (+0,71%) dan depresiasi peso Filipina (-0,22%). Bahkan rupiah tercatat sebagai mata uang terkuat di Asia dan salah satu yang terkuat di pasar emerging market, menurut catatan Bloomberg.
Bank sentral melihat, penguatan rupiah sejak awal tahun itu akan terus berlanjut. "Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan Rupiah terus menguat sejalan dengan surplusnya transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing dipengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," jelas Perry.
Laporan BI, transaksi modal dan finansial pada triwulan 1-2023 diperkirakan akan surplus seiring aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada tiga bulan pertama 2023 yang mencatat net inflows sebesar US$4,7 miliar. "Aliran masuk modal asing ke investasi portfolio terus berlanjut pada April 2023 yang hingga 14 April 2023 mencatat net inflows US$1,2 miliar.”
Ketidakpastian global
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, ruang penurunan bunga acuan BI7DRR baru akan terbuka pada kuartal I-2024 nanti akibat faktor global yang masih menyisakan ketidakpastian tinggi. Sehingga, cenderung lebih aman bagi BI untuk bertahan dulu menjeda BI7DRR di level sekarang.
Dus, meski inflasi IHK dan inflasi inti sudah akan terjangkar di target bank sentral ditambah relatif kecilnya pemicu inflasi setelah puncak kenaikan harga pada Ramadan dan Lebaran terlewati, menurut ekonom BI akan memilih kebijakan stabilitas dengan tidak mengubah bunga acuan. Yang pasti dengan perkembangan terakhir baik dari sisi domestik maupun eksternal, ruang kenaikan BI7DRR sudah tertutup rapat.
Dari sisi global masih ada tekanan di mana inflasi negara-negara maju masih keras kepala. Jadi, untuk menjaga stabilitas dan antisipasi hal itu, bank sentral akan cenderung menahan bunga acuan.
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri.
BI, jelas Perry, juga masih melihat Federal Reserve belum akan memangkas bunga acuan tahun ini dengan skenario puncak Fed Fund Rate adalah di level 5,25% pada 2023.
“Biasanya setelah FFR mencapai puncak yang diprediksi pada Mei nanti, Fed akan mempertahankan selama 8 bulan. Itu berkaca pada periode inflasi-inflasi tinggi di Amerika sebelumnya,” komentar Faisal.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro juga melihat, BI tidak akan memangkas bunga acuan tahun ini menilik stance Federal Reserve yang masih hawkish dan harga komoditas energi di pasar global yang masih terkerek naik.
“Beberapa bulan ke depan, Indonesia juga akan memasuki periode di mana pengeluaran masyarakat terkait hajatan Pemilihan Umum 2024 akan mulai mendorong naik suplai uang, aktivitas ekonomi domestik dan pada akhirnya inflasi inti,” kata Satria yang menyodorkan skenario dasar BI7DRR di level 6% tahun ini.
Target pertumbuhan kredit perbankan
Bila disinflasi IHK terjadi lebih cepat sebelum Agustus, peluang penurunan BI7DRR akan jauh lebih terbuka. Samuel Sekuritas memprediksi, BI bisa mulai memangkas suku bunga acuan paling cepat pada Agustus nanti, bila inflasi April tercapai di bawah 0,8% month-to-month, dengan pengguntingan sebesar 125 bps atau setiap bulan tergunting 25 bps hingga ke level 4,25% pada akhir 2023.
"Bila yang terjadi adalah skenario B yaitu IHK di kisaran target pada September, maka bunga acuan akan dipangkas sebesar 100 bps hingga akhir 2023," jelas Lionel.
Dalam kedua skenario itu, demikian jelas analis, diasumsikan bahwa Fed akan berbalik arah menurunkan bunga pada September dengan total pemangkasan sebesar 50 bps atau 25 bps masing-masing dalam dua bulan. "Asumsi pivot kami dasarkan pada survei proyeksi suku bunga Fed yang dilakukan oleh CME Group," kata Lionel.
Pemangkasan bunga acuan BI7DRR yang diprediksi terjadi pada semester II-2023, menurut Lionel, penting untuk menahan perlambatan pertumbuhan kredit perbankan. Data terbaru dari BI menunjukkan terus melambatnya tingkat pertumbuhan kredit perbankan.
Apabila tingkat suku bunga acuan saat ini tetap dipertahankan hingga akhir tahun, perlambatan akan terus terjadi dan BI tidak akan berhasil mencapai target pertumbuhan kredit perbankan 10%-12% untuk tahun ini. Oleh sebab itu, pemangkasan suku bunga di semester II-2023 krusial untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan kredit perbankan
Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas Indonesia.
Sebelumnya, analisis dari bank investasi global Citigroup juga memprediksi, BI akan menggunting bunga acuan hingga 75 basis poin pada semester II-2023 menyusul inflasi yang sudah terjangkar dan kuatnya neraca pembayaran.
Helmi Arman, ekonom Citigroup Global di Jakarta, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Rabu (12/4/2023), melihat, BI akan mulai menggunting bunga acuan pada September nanti sampai November dengan besar pemotongan masing-masing 25 bps setiap bulan. Lalu, BI7DRR akan kembali digunting pada Januari 2024 sebesar 25 bps sehingga pada akhirnya bunga acuan domestik akan bertahan di kisaran 4,75%.
Citigroup memprediksi inflasi domestik diprediksi akan melandai ke 3% pada September nanti. Adapun neraca pembayaran diprediksi akan semakin kuat sejalan dengan aliran modal asing di pasar portofolio pada semester II-2023.
Ekonom Bloomberg Tamara Mast Henderson juga melontarkan analisis senada terkait peluang penurunan bunga acuan BI7DRR sebelum 2023 berakhir. "Kami masih melihat pemotongan bunga acuan akan menjadi langkah berikut dari BI, mungkin sebelum tahun ini berakhir bila nilai tukar rupiah masih tetap tangguh," kata Tamara dalam riset Bloomberg yang dirilis Selasa (18/4/2023).
Rupiah memiliki amunisi lebih banyak sekarang. Termutakhir adalah gelar lelang term deposit valas Devisa Hasil Ekspor yang berhasil menambah suplai dolar AS. Total selama dua bulan digelar lelang TD Valas DHE, BI sudah menyerap dolar AS milik eksportir sebesar US$ 434,8 juta.
Dalam waktu dekat juga akan ada perilisan kebijakan pewajiban devisa eksportir dalam jangka waktu tertentu, diperkirakan akan berlaku mulai Juli 2023 dengan nilai minimal penempatan dikabarkan mulai US$ 250.000. Kebijakan itu tentu akan berdampak positif bagi stabilitas penguatan nilai tukar rupiah ke depan.
(rui/evs)