Logo Bloomberg Technoz

Eko menyebut saat ini sektor riil sedang membutuhkan sinyal-sinyal relaksasi moneter untuk dapat ekspansi. Meskipun tidak berdampak langsung, kebijakan moneter dapat memberikan ekspektasi terhadap kebijakan ke depan.

“Sehingga ini harus dimulai dari bunga acuan, BI Rate yang sekarang masih di posisi 6,25%. Ini harus segera, kalau menunggu terus ini akan menghilangkan momentum, tapi kami mendorong karena secara umum ini bisa BI Rate turun,” papar Eko.

Terkait pemangkasan suku bunga BI, Eko menilai bank sentral dapat segera melakukan pemangkasan dengan tanda-tanda perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS). Ia menegaskan BI harus menyambut tanda-tanda tersebut dan jangan sekedar menunggu keputusan dari The Fed terlebih dahulu.

“Kita ini kadang terlalu mengikuti terus, jadi seolah-olah kalau agak nakal agak takut,” ucapnya.

Ia menegaskan tanda-tanda pemangkasan Fed Fund Rate tercermin dengan inflasi AS yang sudah menurun hingga mencapai 2,5%. Selanjutnya, indeks dolar AS juga telah bergerak disekitar angka 100 dan nilai tukar rupiah yang terus menguat hingga di angka Rp15.400/US$.

Sementara cadangan devisa RI, kata Eko, juga mencatatkan torehan cemerlang sepanjang sejarah yang berada disekitar US$150 miliar. Besaran ini, menurutnya dapat menjadi bantalan yang baik apabila ekonomi global mengalami gejolak.

Mengutip berbagai riset dan survei, Eko menyebutkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada 18 September kian menguat dengan persentase mencapai 87%. Berdasarkan survei itu, pasar memprediksi The Fed memangkas 50-25 basis poin suku bunga pada 18 September.

“Kita butuh banget untuk segera turunkan suku bunga karena AS kasih sinyal kuat penurunan FFR, inflasi cenderung turun, dan ini bagus untuk kita. Ini harus bisa dipastikan, untuk bisa menunjukkan independensi kalau kita tidak harus mengekor kebijakan global,” kata Eko.

Sebagai informasi, Badan statistik AS tadi malam melaporkan, inflasi CPI pada Agustus tercatat naik 0,2% dibanding Juli, masih sesuai ekspektasi pasar. Sedangkan inflasi inti CPI tercatat lebih tinggi yaitu 0,3% dari bulan sebelumnya 0,2% dan melampaui ekspektasi pasar juga di 0,2%.

Secara tahunan, inflasi inti tercatat tetap di 3,2%, sesuai ekspektasi juga. Sedangkan inflasi umum juga tepat seperti yang diperkirakan pasar di angka 2,5%. Data itu akan berlanjut nanti malam dengan rilis inflasi harga produsen (PPI).

Hal yang pasti, data inflasi CPI tadi malam memantapkan ekspektasi pemangkasan bunga acuan The Fed, pertama kali sejak 2020, sebesar 25 bps, lebih kecil dibanding harapan pasar yang sempat melempar taruhan sebanyak 50 bps menimbang kondisi pasar tenaga kerja yang melemah cepat.

Pasar swap mencatat, probabilitas pemangkasan bunga The Fed sebesar 25 bps pada FOMC pekan depan, mencapai 85%. Akhir tahun ini, posisi bunga The Fed akan turun ke level 4,5% mencerminkan penurunan total sebesar 100 bps di sisa tahun, turun dibanding prediksi sebelumnya yang sampai 125 bps.

(azr/lav)

No more pages