“Sawitnya tetap di situ, cuma dia pelihara sapi di situ juga. Kan peternakan ini enggak menebang apa-apa. Jadi kita jadikan mereka paling mungkin ya dia bikin kandang, begitu. Itu juga luasnya enggak sampai puluhan ha, paling 1—2 ha untuk kandangnya. Sisanya kan untuk dilepas dan kemudian juga untuk sumber pakan dan seterusnya,” katanya.
Lokasi peternakan sapi skala besar yang sudah diindentifikasi pemerintah sejauh ini mencakup Kelantan (salah satu kecamatan di Sumatera Utara), Blora, di Jawa Timur, dan Pulau Aru.
“Jadi 1,5 juta ha itu tersebar, tidak satu hamparan. Terpecah-pecah; ada yang 10.000 ha, ada yang 100.000 ha; ada yang 20.000 ha, ada yang 13.000 ha, ada yang 3.000 ha, ada yang cuma 2.000 ha, 1.500 ha, dan seterusnya. Itu total di kita sudah teridentifikasi ada 1,5 juta ha,” tuturnya.
Lebih lanjut, Sudaryono mengatakan pemerintah juga akan memikirkan masalah ketersediaan rumput dan pakan ternak untuk sapi-sapi impor di lahan seluas 1,5 juta ha tersebut.
Dia menggambarkan setiap impor sapi sebanyak 50.000 ekor, perusahaan akan berinvestasi kandang dan pakan juga di tempat yang sama.
Rencana pemerintah mengembangkan peternakan sapi perah skala besar di Tanah Air, guna mengerek produksi daging dan susu, seiring dengan akan berjalannya program Makan Bergizi Gratis oleh pemerintahan selanjutnya.
Pengembangan ‘mega farm’ tersebut mencakup rencana impor 1—1,3 juta sapi perah dengan melibatkan pihak swasta.
“[Hal] yang jelas kita ada dalam kaitannya untuk peningkatan untuk kesiapan kita dalam penyediaan daging dan susu untuk [program] Makan Bergizi Gratis,” ujarnya usai rapat bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (12/9/2024).
Sudaryono mengungkapkan Kementan bakal membuka ruang bagi perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN) dan koperasi untuk berpartisipasi mendatangkan sapi hidup ke Tanah Air, tanpa menggunakan dana APBN.
“Ini sifatnya investasi dengan jaminan penjualan, ya offtake-nya, offtake guarantee-nya untuk program Makan Bergizi Gratis.”
Sudaryono juga menyebutkan ada perusahaan asing yang turut melirik potensi investasi mega farm untuk mendukung program Susu Gratis tersebut. Namun, dia tidak mengelaborasi siapa dan dari mana perusahaan tersebut.
“Mereka investasi, jadi kita tidak memakai APBN. Kemudian, yang menjadi bagian dari investasi adalah orang [perusahaan] yang sama yang bangun pabrik di Indonesia. Saya tidak bisa sebut nama perusahaannya, kan tidak etis ya. Namun, ada beberapa perusahaan yang [produknya] kita biasa minum susu kalau di rumah, kita biasa belanja di supermarket, dan perusahaan-perusahaan itu juga menambah populasi sapinya supaya produktivitasnya bisa bertambah,” jelasnya.
(wdh/hps)