Logo Bloomberg Technoz

Faktor kedua adalah keadilan, atau “risiko bahaya yang signifikan” bagi orang-orang yang hidup saat ini dan mereka yang belum lahir.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa untuk menghindari ketidakstbilan lebih lanjut, negara-negara harus menjaga setidaknya setengah dari ekosistem planet ini tetap utuh, membatasi pengambilan air tanah, dan menjalankan aturan ketat penggunaan pupuk nitrogen dan fosfor.

Makalah dari kumpulan ilmuwan ini menawarkan cara bagi negara, bisnis dan kota untuk mulai menentukan tanggung jawab mereka sendiri, berdasarkan upaya-upaya seperti inisiatif Target Berbasis Sains, yang membantu perusahaan menetapkan tujuan iklim, dan  Task Force on Climate-Related Financial Disclosures, yang menetapkan pedoman guna menilai risiko iklim dan mengomunikasikannya kepada para pemegang saham dan pihak lainnya. 

Apa yang mendorong sistem melewati batas kemampuannya tidaklah mengejutkan: Aktivitas ekonomi.

Karya ilmiah ini membahas perubahan sosial yang “radikal”, termasuk mendistribusikan kembali kekayaan, diperlukan untuk menjaga agar planet ini tetap layak huni. 

“Kami tidak berargumen bahwa kita perlu melakukan banyak hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya,” kata salah satu penulis, Diana Liverman, pensiunan Profesor Geografi dan Pembangunan di Universitas Arizona.

“Banyak transformasi yang sudah berlangsung. Hanya saja, transformasi tersebut tidak terjadi dalam skala besar atau cukup cepat.”

Meskipun makalah tersebut mengutip tulisan baru-baru ini yang mempertanyakan ortodoksi ekonomi, pendiri penelitian planetary boundaries, Johan Rockström, mengatakan bahwa dunia “tidak bisa menunggu ekonomi yang benar-benar baru” untuk memulihkan Bumi agar aman:  “Anda tidak bisa mengatakan, ‘kapitalisme adalah masalah, jadi kita perlu sesuatu yang lain,’” kata Rockström, yang merupakan direktur Potsdam Institute for Climate Impact Research dan c-chair Earth Commission, kelompok ilmuwan internasional yang melakukan penelitian ini.

Pendekatan batas-batas telah lama menimbulkan perdebatan di antara para ilmuwan. Erle Ellis, seorang ilmuwan lingkungan di University of Maryland di Baltimore County yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mempertanyakan bagaimana rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti. 

Ellis mengkritik metafora pengendalian - bahwa ada “ruang yang aman” dan ruang yang semakin berbahaya, dengan garis yang memisahkan keduanya.

“Adalah sebuah ilusi untuk berpikir bahwa ada garis yang Anda lewati dan sekarang Anda berada di zona bahaya,” kata dia.

Rockström mengatakan bahwa tidak semua batas tersebut memiliki batas yang tegas dan jelas. Sebagian besar, seperti hilangnya keanekaragaman hayati, polusi udara dan polusi pupuk, tidak memiliki tingkat yang ketat. 

Sisanya, lanjut Rockström, lebih mengarah pada bahaya daripada menghadapi jurang fisik — tetapi secara keseluruhan sangat penting dalam menjaga kesehatan seluruh sistem.

(wep)

No more pages