Logo Bloomberg Technoz

Pada pembukaan pasar Eropa siang ini, pergerakan rupiah di pasar offshore menunjukkan sinyal tekanan makin besar bagi rupiah. Kontrak NDF rupiah 1 bulan, pada pukul 14:19 WIB, menyentuh level terlemah hari ini di Rp15.461/US$. Sedangkan di pasar spot, harga dolar AS juga kembali naik menjadi Rp15.435/US$, melemah 0,23%, pelemahan kedua terbesar di Asia setelah peso Filipina. Sedangkan indeks dolar AS makin menguat ke 101,83.

Rilis data inflasi CPI Amerika tadi malam mengakhiri spekulasi penurunan 50 bps FFR pada bulan ini, menjadi 25 bps. Pasar selanjutnya berdebat apakah sampai sisa tahun ini, The Fed berpeluang menurunkan hingga 125 bps atau cukup 100 bps. 

Data inflasi harga produsen (PPI) nanti malam akan memberikan konfirmasi lanjutan. Apabila angkanya sesuai konsensus yaitu 1,80% year-on-year dari 2,2% pada Juli sehingga membawa inflasi inti PCE terkendali di kisaran 0,1%-0,15% month-on-month, maka skenario pemangkasan 50 bps masih mungkin terjadi satu kali pada FOMC The Fed bulan November atau Desember, menurut analisis tim Mega Capital Sekuritas.

CEO Goldman Sachs Group Inc, David Solomon, dalam sebuah wawancara, menilai, masih ada kemungkinan The Fed memangkas bunga acuan lebih besar melampaui ekspektasi pasar saat ini, menyusul adanya tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. 

"Ada kemungkinan penurunan 50 basis poin berdasarkan pelemahan yang lebih besar di pasar tenaga kerja," kata Solomon dalam sebuah wawancara dengan CNBC, mengacu pada potensi pemotongan 50 bps oleh bank sentral AS bulan ini. "Saya pikir persentase kemungkinannya ada di kisaran 30-an persen."

Solomon mengatakan tebakan terbaiknya adalah mereka mungkin akan memilih pemotongan seperempat poin, tetapi The Fed dapat menurunkan suku bunga dua atau tiga kali hingga akhir tahun.

(rui)

No more pages