Logo Bloomberg Technoz

Aksi Jual Melanda Pasar Surat Utang, Tertekan Spekulasi Bunga Fed

Ruisa Khoiriyah
12 September 2024 14:38

Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan jual melanda pasar surat utang negara pada Kamis hari ini ketika arus beli masih besar di bursa saham. Tekanan harga surat utang negara sepertinya berimbas pada nilai tukar rupiah yang semakin tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang penutupan pasar sore ini.

Mengacu data realtime Bloomberg, mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) mencatat kenaikan imbal hasil meski masih di kisaran yang tidak terlalu banyak. Imbal hasil SBN-2Y bergerak naik ke 6,551%. Sementara tenor 5Y naik ke 6,513%. Adapun tenor acuan 10Y terpantau sedikit naik ke 6,593%. 

Tekanan yang terjadi di pasar surat utang sulit dilepaskan dari sentimen pasar global. Data inflasi harga konsumen AS tadi malam yang masih menyisakan keraguan, akibat inflasi inti CPI naik melampaui ekspektasi ke level tertinggi empat bulan terakhir, membuat pasar masih harus berhitung berapa total penurunan bunga acuan Federal Reserve tahun ini.

Di pasar Treasury, pasar surat utang AS, kemarin terlihat aksi jual berlangsung menyusul taruhan traders akan penurunan Fed fund rate sebesar 50 bps pekan depan, pupus setelah data inflasi lebih tinggi. Yield UST-2Y naik 9,5 bps ke 3,69% dengan tenor 10Y juga naik 4 bps ke 3,68%. Kini, selisih imbal hasil investasi Indonesia dengan AS sedikit lebih sempit di 289 bps.

Aksi jual SBN juga mungkin terdorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Para importir disinyalir memulai pembelian dolar AS di pasar memanfaatkan harganya yang masih relatif murah seiring ekspektasi pemangkasan bunga The Fed yang agresif, mulai memudar, menurut Myrdal Gunarto, analis Maybank seperti dilansir Bloomberg.