“Tapi sekali lagi ini belum populer di Indonesia. Ini produk relatif baru apalagi di sekolah. Ini jadi bisa tantangan besar karena ada komiunikasi risiko membuat penerima jadi sulit, anak-anak cenderung selektif. Umumya rasa berbeda, lebih amis sehingga potensi kurang disukai anak lebih besar,” ujarnya.
“Jadi perlu inovasi sesuai selera anak. Selain itu potensi biaya produksi bisa jadi jauh lebih tinggi, memerlukan teknologi khusus, ikan jadi susu yang layak dikonsumsi, terutama keterbatasan infrastruktur dan rantai destribusi. Jadi masih perlu riset yang lebih lanjut untuk penggunaan susu ikan dalam konteks gizi anak. Supaya manfaat jangka panjang, efek samping ini bisa digali lebih jauh dulu,” tutupnya.
(spt)
No more pages