Bloomberg Technoz, Jakarta - Susu Ikan akan digunakan pemerintah Prabowo-Gibran untuk menggantikan susu sapi di program makan siang gratis.
Menurut pakar kesehatan yang juga dokter dan orang yang pernah membantu program pembangunan kesehatan di Kemenkes dan Bapenas, Dicky Budiman ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan susu ikan mengganti susu sapi.
“Di sisi lain kalau bicara soal susu ikan, ada plus minusnya. Susu ikan memang kaya protein hewani, asam lemak omega 3 yang bagus untuk tubuh dan sumber alternatif yang baik. Tapi ini tidak umum, dan mungkin akan tidak disukai anak-anak karena rasanya yang amis, ini harus jadi pertimbangan,” ujar Dicky.
Namun perlu diinga lagi, lanjut Dicky bahwa susu ikan relatif lebih mahal dan jenis susu lain. “Jadi sekali lagi sisi positif negatif dilihat. Kalau mau mending kasih ikannya saja, karena sumber proteinnya dan mudah praktis dan murah,” tambahnya.
Dicky menambahkan, susu ikan ini perlu proses yang panjang namun juga memiliki risiko. Walau begitu tidak salahnya dicoba untuk memperkuat ekonomi lokal.
“Tapi sekali lagi ini belum populer di Indonesia. Ini produk relatif baru apalagi di sekolah. Ini jadi bisa tantangan besar karena ada komiunikasi risiko membuat penerima jadi sulit, anak-anak cenderung selektif. Umumya rasa berbeda, lebih amis sehingga potensi kurang disukai anak lebih besar,” ujarnya.
“Jadi perlu inovasi sesuai selera anak. Selain itu potensi biaya produksi bisa jadi jauh lebih tinggi, memerlukan teknologi khusus, ikan jadi susu yang layak dikonsumsi, terutama keterbatasan infrastruktur dan rantai destribusi. Jadi masih perlu riset yang lebih lanjut untuk penggunaan susu ikan dalam konteks gizi anak. Supaya manfaat jangka panjang, efek samping ini bisa digali lebih jauh dulu,” tutupnya.
(spt)