"Kita lihat nanti," kata Fujimori pada Kamis (5/9/2024) ketika ditanya kemungkinan dia menjadi capres.
Selama dia dipenjara, keluarga Fujimori terus mempertahankan status sebagai dinasti politik paling kuat di Peru. Putrinya, Keiko, kalah tipis dalam tiga kali pilpres sejak 2011 dan merupakan ketua partai Kekuatan Populer. Partai ini memiliki kursi besar di Kongres dan Fujimori pun menjadi anggota partai setelah dibebaskan.
Fujimori, mantan gurubesar matematika dan putra imigran dari Jepang, masuk ke kancah politik Peru dari luar kelompok penguasa Politik Peru setelah menang pilpres 1990. Setelah berkuasa dia mengubah arah jalan negara itu.
Dalam pilpres ini Fujimori mengalahkan Mari Vargas Llosa, penulis terkenal Peru yang kemudian memenangkan hadiah nobel bidang kesusasteraan.
Selama berkuasa 10 tahun, dia memimpin pembangunan kembali ekonomi yang kacau balau dan mengalahkan kelompok Jalan Bersinar, salah satu gerakan gerilya yang sangat kejam.
Tetapi kekuasaan Fujimori tercoreng oleh keputusan untuk membekukan sementara Kongres dan badan Yudikatif pada 1992. Pemerintah mantan presiden ini jatuh pada 2000 akibat rekaman video yang memperlihatkan penasihat utamanya menyuap sejumlah pejabat dengan uang tunai.
"Dia mewarisi satu kehancuran," kata Anthony Quainton, dutabesar AS untuk Peru period 1989-1992. "Ekonomi hancur total dan setiap hari ada ledakan bom. Dia mengubah arah perjalanan Peru dan negara itu masih terus berada di jalan tersebut hingga sekarang."
Kejutan Ekonomi
Ketika berhadapan dengan Fujimori di pilpres 1990, Vargas Llosa yang berkampanye dengan plaftorm sayap kanan dengan janji pemotongan radikal untuk mengatasi hiperinflasi mengatakan perlu ada kejutan ekonomi.
Fujimori menentang ide itu. Namun, beberapa minggu setelah berkuasa dia menghapus subsidi dan mencabut kendali pada harga, mata uang dan suku bunga. Kebijakan ini kemudian terkenal dengan sebutan Fujishock.
"Semoga Tuhan menolong kita," kata menteri keuangan ketika mengumumkan pemotongan anggaran saat itu.
Kebijakan ini berhasil. Inflasi tahunan Peru turun dari 7.000% ketika Fujimori mulai berkuasa menjadi 4% saat dia lengser.
Fujimori juga menjual ratusan BUMN Peru seperti perusahaan telekomunikasi Compania Peruana de Telefonos.
Kebijakan Presiden Argentina Javier Milei untuk menstabilkan inflasi baru-baru ini dianggap sejalan dengan langkah-langkah drastis Fujimori.
Roberto Abusada, mentan penasehat utama Kementerian Keuangan saat itu, mengatakan Fujimori yang mengagumi pertumbuhan cepat ekonomi di Asia Timur mencoba mengulang kesuksesan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang berhasil menciptakan pertumbuhan kuat di negaranya pada 1990-an.
Cenderung Otoriter
Kecenderungan untuk bersikap otoriter mulai tampak pada 1992 ketika dia mengerahkan tentara untuk menutup Kongres dan membekukan UU untuk menambah kewenangan angkatan bersenjata.
Militer memeriksa liputan koran dan televisi atas aksi yang disebut kudeta halus itu, mereka menutup gambar tank baja di jalanan ibukota Lima dan juga penahanan anggota Kongres.
Militer menangkap ketua kelompok pemberontak Jalan Benderang Abimail Guzman pada September 1992 yang sekaligus mengakhiri perang yang dilancarkan kelompok ini terhadap pemerintah. Guzman meninggal di penjara pada 2021.
Perusahaan riset Ipsos Apoyo di Lima mengatakan tingkat popularitas Fujimori naik ke level 81% setelah dia menutup Kongres dari level 53% sebulan sebelumnya. Presiden ini kemudian menyelenggarakan pemilihan kongres pada November 1992, dan kongre ini menyetujui UU baru pada tahun berikut.
Namun, Fujimori semakin tergantung pada dinas intelijen nasional untuk mempertahankan pengaruh pada lawan-lawan politik, militer dan media.
Kedatangan kembali investor asing ke Peru membuat perekonomian negara itu berbalik arah. Meski lebih dari setengah penduduk Peru hidup dalam kemiskinan, kemenangan atas kelompok gerilya dan hiperinflasi serta menghancurkan oposisi membuat Fujimori kembali menang di pilpres 1995.
Krisis Sandera
Dia mengukuhkan citra orang kuat dan mempertahankan popularitasnya pada 1997 ketika mengatasi krisis sandera. Gerilyawan dari Gerakan Rovulusioner Tupac Amaru menyerbu rumah duta besar Jepang di Lima. Fujimori mengakhiri penyanderaan itu dengan mengerahkan pasukan komando yang berhasil memebaskan sander dan menewaskan 14 orang pemberontak.
Fujimori kembali maju di pilpres 2000 meski UU membatasi masa jabatan presiden dua periode, dan dia dinyatakan menang dalam pemilu yang menuruh Organisasi Negara-Negara Amerika marak dengan kecurangan.
Pada bulan September tahun itu, kepala badan intelijen Vladimiro Montesinos direkam sedang menyuap anggota kelompok oposisi di Kongres.
Dua bulan kemudian, Fujimori melarikan diri ke Jepang dan mengundurkan diri. Kongres menolak pengunduran diir ini dan memilih untuk melengserkannya lewat pemakzulan atas dasar "tidak memiliki moral."
Montesinor pun dipenjara di tempat yang sama dengan Guzman.
S2 Matematika
Alberto Kenya Fujimori lahir pada 28 Juli, 1938, di Lima. Dia mendapat gelar sarjana bidang agronomi dari Universidad Nacional Agraria La Molina.
Dia kemudian belajar fisika di Universitas Strasbourg, Perancis dan mendapatkan gelar S2 bidang matematika dari Universitas Wisconsin, Milwaukee, AS. Dia menjadi pengajar matematika di almamaternya di Lima dan sempat menjadi dekan pada 1984.
Pada 1990 dia mencalonkan diri untuk menjadi Senat dan presiden. Meski menjadi senator diduga menjadi tujuan utama, kampanye pilpresnya dimulai di daerah kumuh Lima dan sejumlah kota besar lain. Dia menang di ronde kedua melawan Vargas Llosa yang memimpin koalisi partai-partai lama.
"Dia menampilkan diri sebagai warga miskin Peru yang membenci kelas di panggung politik yang tidak pernah bisa mengatasi masalah-masalah negara ini," kata Vargas Llosa dalam buku tentang pilpers itu yang berjudul A Fish in the Water yang terbit tahun 1993.
Tempat Persembunyian
Setelah kabur dari Peru pada tahun 2000, Jepang mengakui Fujimori sebagai warga negaranya. Langkah ini membuat mantan presiden itu tidak bisa diekstradisi ke Peru.
Namun, dia ditangkap di Chile pada 2005 ketika sedang merencanakan upaya ikut pilpres Peru 2006. Fujimori diekstradisi ke Peru dan dua tahun kemudian diadili atas dakwaan terlibat dalam pembunuhan 25 orang dan penculikan seorang wartawan dan pengusaha. Dia menyangkal dakwaan itu.
Fujimori juga dituduh melakukan pemaksaan sterilisasi pada ribuan perempuan penduduk asli yang miskin melalui bagian dari program KB pemerintahnya.
Penjara Khusus
Fujimori menjalani hukuman di penjara yang khusus dibangun di satu barak polisi di luar kota Lima. Awalnya dia hanya satu-satunya penghuni namun kemudian tiga mantan pemimpin Peru juga ditahan di sana.
Fujimori beberapa kali masuk rumah sakit karena kanker di lidahnya.
Mantan presiden ini memiliki empat anak dari mantan isterinya, Susana Higuchi, yang diceraikan pada pertengahan 1990-an. Salah satu anaknya, Keiko Fujimori, juga terlibat dalam beberapa skandal dan sempat dipenjara. Dia maju di pilpres 2011, 2016 dan 2021 dalam upaya meneruskan warisan kebijakan ayahnya. Dia kalah dalam ketiga pemilu itu di putaran kedua.
Keiko kalah tipis pada pilpres 2021 dari Pedro Castillo, guru dari pedesaan dari partai berhaluan Marxist, yang menentang sebagian besar kebijakan ayahnya. Castillo dipenjara pada 2022 karena mencoba membubarkan Kongres dan badan yudisial, langkah yang sempat dilalukan Fujimori pada 1992.
(bbn)