Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka melemah pada perdagangan spot Kamis hari ini, seiring kelesuan yang juga melanda mata uang Asia lain akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS), pasca rilis data inflasi yang menyisakan tanda tanya.

Rupiah dibuka lebih lemah di Rp15.430/US$, mencerminkan penurunan 0,18% dibanding posisi kemarin. Mayoritas mata uang Asia tertekan pagi ini dipimpin oleh peso Filipina 0,27% dan baht Thailand 0,26%.

Sementara dolar Taiwan dan yuan offshore, keluar sebagai mata uang yang masih menguat tipis 0,04% terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong dan rupee India stagnan.

Pelemahan mata uang Asia sepertinya dilandasi oleh 'kekecewaan' akibat data inflasi inti CPI Amerika tadi malam yang lebih tinggi ketimbang ekspektasi, ke level tertinggi empat bulan. Data itu memupus taruhan penurunan 50 bps bunga The Fed bulan ini, menjadi 25 bps.

Pasar masih akan menunggu rilis inflasi harga produsen (PPI) nanti malam. Apabila angkanya sesuai konsensus yaitu 1,80% year-on-year dari 2,2% pada Juli sehingga membawa inflasi inti PCE terkendali di kisaran 0,1%-0,15% month-on-month, maka skenario pemangkasan 50 bps masih mungkin terjadi satu kali pada FOMC The Fed bulan November atau Desember, menurut analisis tim Mega Capital Sekuritas.

Indeks dolar AS pagi ini masih bertahan lebih tinggi di 101,78. Sementara pada pembukaan pasar, IHSG dibuka menguat 0,6% dan pasar surat utang negara bergerak variasi di mana tenor 10Y saat ini ada di 6,589%.

Secara teknikal nilai rupiah memiliki level resistance penguatan di Rp15.365/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance berikut di Rp15.350/US$-Rp15.310/US$.

Apabila kembali break resistance tersebut, rupiah bisa semakin menguat menuju level Rp15.300/US$ sebagai resistance potensial.

Sebaliknya bila terjadi tekanan yang membuat rupiah melemah, mata uang ini memiliki level support di Rp15.440-Rp15.470/US$. Adapun support terkuat juga sebagai support psikologis ada di level Rp15.500/US$.

(rui)

No more pages