Secara fundamental, batu bara memang kian ditinggalkan. Di China, stok batu bara menumpuk dan tidak termanfaatkan.
Curah hujan yang tinggi membuat bendungan-bendungan di Negeri Tirai Bambu punya cadangan air yang lebih dari memadai untuk membangkitkan listrik. Ini membuat batu bara kehilangan pamor.
Pada kuartal II-2024, produksi listrik di China naik 4,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Namun pembangkitan listrik bertenaga batu bara malah turun 5,1% yoy.
China adalah produsen, konsumen, sekaligus importir batu bara terbesar dunia. Jadi perkembangan konsumsi di sana akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), sebenarnya batu bara masih bullish. Tercermin dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 50,69.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI batu bara hanya tipis di atas 50, sehingga boleh dikatakan netral saja.
Adapun indikator Stochastic RSI ada di 31,28. Menghuni area jual (short) yang bahkan cukup kuat.
Namun dengan koreksi yang sudah lumayan dalam, potensi kenaikan harga batu bara masih terbuka. Cermati pivot point di US$ 141/ton. Sebab andai tertembus, maka target resisten di Moving Average (MA) 5 yaitu US$ 143/ton bisa terkonfirmasi.
Sementara target support terdekat adalah US$ 138/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun lagi ke arah US$ 134/ton.
(aji)