Badan statistik AS tadi malam melaporkan, inflasi CPI pada Agustus tercatat naik 0,2% dibanding Juli, masih sesuai ekspektasi pasar. Sedangkan inflasi inti CPI tercatat lebih tinggi yaitu 0,3% dari bulan sebelumnya 0,2% dan melampaui ekspektasi pasar juga di 0,2%.
Secara tahunan, inflasi inti tercatat tetap di 3,2%, sesuai ekspektasi juga. Sedangkan inflasi umum juga tepat seperti yang diperkirakan pasar di angka 2,5%. Data itu akan berlanjut nanti malam dengan rilis inflasi harga produsen (PPI).
Yang pasti, data inflasi CPI tadi malam memantapkan ekspektasi pemangkasan bunga acuan The Fed, pertama kali sejak 2020, sebesar 25 bps, lebih kecil dibanding harapan pasar yang sempat melempar taruhan sebanyak 50 bps menimbang kondisi pasar tenaga kerja yang melemah cepat.
Pasar swap mencatat, probabilitas pemangkasan bunga The Fed sebesar 25 bps pada FOMC pekan depan, mencapai 85%. Akhir tahun ini, posisi bunga The Fed akan turun ke level 4,5% mencerminkan penurunan total sebesar 100 bps di sisa tahun, turun dibanding prediksi sebelumnya yang sampai 125 bps.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan penguatan dengan target ke area level Rp15.365/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance berikut di Rp15.350/US$-Rp15.310/US$.
Apabila kembali break resistance tersebut, rupiah bisa semakin menguat menuju level Rp15.300/US$ sebagai resistance potensial.
Sebaliknya bila terjadi tekanan yang membuat rupiah melemah, mata uang ini memiliki level support di Rp15.440-Rp15.470/US$. Adapun support terkuat juga sebagai support psikologis ada di level Rp15.500/US$.
(rui)