Dengan demikian, Djoko mengamini bahwa volume impor untuk pemenuhan kuota CPE bakal menyesuaikan dengan volume impor yang selama ini dilakukan oleh Indonesia.
Adapun, anggaran yang dibutuhkan untuk pengelolaan CPE, mulai dari fasilitas dan komoditas, mencapai Rp70 triliun.
Namun, Djoko mengatakan pemenuhan kuota CPE sebagaimana ditetapkan Peraturan Presiden No. 96/2024 bakal dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
Skemanya, nantinya Indonesia bakal terus memenuhi stok CPE sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan ketika krisis atau darurat energi terjadi.
“Misalnya sekarang ada di 1 juta barel, kita pakai 500.000 barel, nanti kita isi lagi 500.000 barel,” ujarnya.
Sebelumnya, proyeksi bahwa Indonesia bakal jorjoran meningkatkan volume impor minyak bumi, BBM jenis bensin, dan liquefied petroleum gas (LPG) untuk memenuhi target kuota CPE sudah disampaikan oleh kalangan pengusaha minyak dan gas di Indonesia.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan impor untuk pemenuhan CPE harus dilakukan di tengah-tengah produksi minyak bumi, BBM, dan LPG di dalam negeri yang tidak mengalami peningkatan.
“Jelas ya untuk memenuhi target CPE tadi, mau tidak mau harus impor, kita tidak ada produksinya naik, gimana?” ujar Moshe kepada Bloomberg Technoz, dikutip Minggu (8/9/2024).
Menyitir melalui Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun 2023, berikut volume produksi dan impor minyak bumi, BBM dan LPG pada 2023:
1. Minyak Bumi:
- Produksi: 605,5 juta barel per hari atau barrel oil per day (BOPD)
- Impor: 123,21 juta barel
2. BBM:
- Produksi: 43,87 juta kiloliter (KL)
- Impor: 26,66 juta KL
3. LPG:
- Produksi: 1,98 juta metrik ton (MT)
- Impor: 6,9 juta MT
(dov/wdh)