Tren itu juga sudah tecermin sejak awal bulan ini, dengan bullish -nya IHSG dan pergerakan nilai tukar rupiah yang telah mengakumulasi kenaikan 2,5%. "Ini akan menguntungkan pasar negara berkembang seperti Indonesia," ujar Michael, Kamis (19/9/2024).
Setali tiga uang, Equity Research Analyst Kiwoon Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo memperkirakan IHSG akan mampu menembus level 8.000 hingga akhir tahun. Kuncinya, ada di level 7.800 yang sudah lebih dulu tercapai.
Sementara, Michael memiliki target sedikit lebih kecil. Menurutnya, target tertinggi hingga akhir tahun ada di level 7.950.
Aksi Profit Taking
Di tengah tren bullish IHSG, Aziz mewanti-wanti adanya risiko profit taking.
"Kami mewaspadai adanya profit taking karena kenaikan [IHSG] juga sudah tinggi," kata Aziz.
Hal senada diuangkapkan oleh analis Algo Research Alvin Baramuli.
Jika dicermati lebih lanjut, pergerakan IHSG yang berkali-kali cetak rekor hanya didorong oleh segelintir saham, yang juga terbilang bukan penghuni lama jajaran big caps.
Sebut saja, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Lalu, ada nama PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) yang tiba-tiba masuk jajaran sepuluh besar penggerak indeks.
Sejak awal tahun hingga 18 September kemarin, saha BREN menambah 126,38 poin terhadap IHSG. DSSA menyumbang 115,65 poin dan DNET memberikan 21,69 poin.
"Akibatnya, meskipun ada berita baik seperti pemangkasan suku bunga The Fed dan apresiasi Rupiah, optimisme masuknya arus dana asing masih belum bisa sepenuhnya terkonfirmasi," jelas Alvin.
"Terlebih, sebagian besar indikator mengisyaratkan risiko penurunan dan perlambatan tidak hanya di ekonomi domestik tapi juga global."
(red)