Penguatan Industri Petrokimia
Berkaitan dengan hal tersebut, Rosan menyampaikan komitmen Kementerian Investasi dalam memperkuat industri petrokimia di Indonesia.
Menurutnya, dengan keberadaan Satgas Percepatan Investasi, yang terdiri dari berbagai instansi pemerintah termasuk Kejaksaan dan Kepolisian, maka akan mempercepat berbagai proses legalitas dan mencegah terjadinya penundaan proyek seperti halnya PTLCI.
"Dengan adanya Satgas Percepatan Investasi ini, segala kendala bisa kita atasi lebih cepat, termasuk masalah legalitas. Ini akan memastikan tidak ada lagi proyek yang tertunda seperti sebelumnya," jelas Rosan.
Dia juga menegaskan Kementerian Investasi akan terus mengawal setiap investasi yang masuk agar sesuai dengan rencana, dengan memastikan prosesnya berjalan efektif dan transparan.
"Jadi [dengan satgas] segala halnya kita bisa percepat baik dari segi legalnya sehingga hal-hal seperti proyek yang tertunda, itu tidak terjadi lagi ke depannya."
"Dan tentunya kami di kementerian investasi mempunyai badan yang selalu mengawal dan juga memastikan bahwa investasi yang masuk ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Jadi ini adalah satu trobosan karena kita sekarang mempunyai satgas percepatan investasi yang diketuai oleh BKPM," ujarnya.
Untuk diketahui, pabrik dengan nilai investasi US$4 miliar atau kurang lebih Rp65,5 triliun sempat mangkrak sejak 2016.
Namun kini, proyek kompleks petrokimia ini telah memulai pekerjaan konstruksinya pada 2022, dan saat ini progres pembangunan telah mencapai 97,8% dan diharapkan pada Maret 2025 sudah bisa memulai produksi dan bulan Mei 2025 sudah bisa melakukan ekspor.
"Target produksi saya serahkan kepada [dirut PTLCI] tapi saya sampaikan kurang lebih untuk pendapatannya per tahun kurang lebih US$2 miliar per tahun, dan 30% itu rencananya adalah [untuk] ekspor, 70% untuk pemakaian domestik untuk membangun industri kita di sini," terangnya.
Mengutip dari situs resmi PTLCI, saat ini PTLCI kini tengah membangun pabrik kimia besar-besaran yang melibatkan Lotte Chemical dan anak perusahaannya Lotte Chemical Titan yang menginvestasikan total US$3,9 miliar dengan target penyelesaian pada tahun 2025.
Proyek ini juga diharapkan dapat menghasilkan 1 juta ton etilena, 520.000 ton propilena, 250.000 ton polipropilena, dan produk hilir lainnya seperti Butadiene, BTX (Benzene, Toluene, Xylene).
Selain itu, proyek ini melibatkan pembangunan Naphtha Cracking Center (NCC) terbesar di Indonesia, dan akan memperbaiki defisit perdagangan Indonesia, yang saat ini mengimpor 50% dari total permintaannya, sekaligus menyediakan fondasi bagi pengembangan industri kimia lokal dan berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
(prc/wdh)