Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka menguat pada perdagangan pasar spot Rabu pagi ini, di tengah penantian pasar akan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) nanti malam dan esok hari.
Rupiah spot dibuka sedikit menguat di level Rp15.435/US$, mencerminkan penguatan 0,12%. Penguatan rupiah pagi ini sejalan dengan kebangkitan mata uang Asia yang kompak mengalahkan dolar AS.
Penguatan valuta kawasan Asia pada pagi ini dipimpin oleh won Korea yang naik 0,4%, sementara baht dan ringgit naik masing-masing 0,35% dan 0,23%. Sedangkan peso Filipina menguat 0,38%. Adapun indeks dolar AS pagi ini terpantau stabil di kisaran 101,50.
Secara teknikal nilai rupiah memiliki level resistance yang menarik dicermati pada level Rp15.410/US$ dan Rp15.400/US$.
Dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih memiliki potensi penguatan lanjutan ke level Rp15.350/US$ meski semakin terbatas pada garis merah.

Penguatan mata uang Asia jelang rilis data inflasi AS sepertinya dilatarbelakangi oleh optimisme bahwa angka inflasi nanti malam akan rendah.
Konsensus pasar sejauh ini memprediksi inflasi CPI Amerika pada bulan lalu sebesar 0,2% month-on-month dan 2,5% year-on-year. Angka bulanan diprediksi tetap sementara angka tahunan diperkirakan turun dari 2,9% pada Juli.
Adapun inflasi inti CPI diprediksi tetap di 0,2% mom dan 3,2% yoy. Bila prediksi itu terpenuhi, skenario pemangkasan bunga acuan 25 bps oleh The Fed pada 18 September akan terjaga. Begitu juga total pemangkasan FFR sebanyak 125 bps sampai akhir tahun ini.
"Para pelaku pasar global merasa optimis terhadap prospek rilis data inflasi CPI Agustus malam ini yang tercermin dari turunnya yield 10Y UST [surat utang pemerintah AS] sebanyak 5,8 bps menjadi 3,64%, diikuti tenor 30Y sebanyak 3,8 bps menjadi 3,96% dan tenor 2Y yang turun hingga 7,5 bps jadi 3,59%," kata Macro Strategist Lionel Priyadi dan Analyst Nanda Rahmawati dari Mega Capital Sekuritas.
(rui)