Di pasar swap, probabilitas pemangkasan sebesar 50 bps pada bulan ini naik jadi 34%. Sedangkan di akhir tahun, para traders memperkirakan Fed fund rate akan berakhir di kisaran 4,25% dengan probabilitas mencapai 41,5%. Itu berarti, total pemangkasan bunga The Fed tahun ini diprediksi mencapai 125 bps.
Keyakinan itu sepertinya dilatari oleh ekspektasi investor terhadap pecahnya resesi di AS yang masih tinggi. Survei dari 22V Research menunjukkan bahwa 56% responden meyakini bahwa inflasi inti berada dalam jalur yang "sesuai dengan harapan The Fed."
Sekitar 48% investor yang disurvei memperkirakan reaksi terhadap inflasi CPI adalah "beragam/diabaikan," 32% mengatakan "risk-on" dan hanya 20% "risk-off."
"Mengingat ekspektasi pasar yang agresif terhadap penurunan suku bunga The Fed, angka yang lebih tinggi seharusnya mengarah pada volatilitas yang lebih rendah," ujar Sameer Samana dari Wells Fargo Investment Institute.
"Angka yang lebih rendah memiliki lebih banyak risiko dua arah karena menciptakan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk memangkas, tetapi juga dapat mengindikasikan bahwa ekonomi melambat lebih cepat daripada yang diantisipasi."
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih ada potensi melemah hari ini, target koreksi menuju area level Rp15.480/US$ yang merupakan support terdekat sebelum break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.500/US$-Rp15.550/US$ dalam time frame daily.
Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi melemah lanjutan menuju level Rp15.600/US$ sebagai support terkuat.
Sebaliknya, bila rupiah berhasil menguat, level resistance menarik dicermati pada level Rp15.410/US$ dan Rp15.400/US$. Dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih memiliki potensi penguatan lanjutan ke level Rp15.350/US$ meski semakin terbatas pada garis merah.
(rui)