"Kami akan terus melacak ini dengan sangat cermat dan sangat hati-hati," kata Blinken.
Blinken mengatakan sepertinya kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) bertanggung jawab atas serangan terhadap konvoi tersebut, seraya menambahkan bahwa prioritas utama AS saat ini adalah gencatan senjata segera sehingga masyarakat bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Kelompok Sudan yang memerangi tentara untuk menguasai negara itu menolak gencatan senjata di saat para diplomat berjuang untuk menghentikan pertempuran yang berpotensi menjadi perang saudara skala penuh itu.
Bentrokan pun berlanjut saat fajar di ibu kota Sudan, Khartoum, pada Senin dan berlanjut sepanjang hari, dengan kekerasan yang paling intens di sekitar bandara internasional utama dan markas tentara, dan kota tetangga Omdurman. Rumah sakit di ibu kota dihantam oleh artileri berat, kata dokter dan serikat pekerja. Sementara ini jumlah korban sipil sedikitnya 97 orang.
Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel dalam sebuah pernyataan mengatakan Blinken telah berbicara dengan Jenderal Abdel Fattah al Burhan, komandan Angkatan Bersenjata Sudan, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, komandan RSF.
Blinken “menggarisbawahi pentingnya mencapai gencatan senjata untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada mereka yang terdampak pertempuran, penyatuan kembali keluarga Sudan, dan memastikan keamanan masyarakat internasional di Khartoum,” kata Patel.
(bbn)