Logo Bloomberg Technoz

Data resmi pemerintah China memperlihatkan bahwa jumlah tabungan masyarakat mencapai angka tertinggi.

Pengembang Properti China Evergrande di Nanjing (Sumber: Bloomberg)

Sementara itu, survey terhadap tiga ribu orang yang dilakukan oleh Invesco Ltd. pada Februari lalu menunjukkan bahwa l ebih dari 90lulusan universitas berusia 22-32 tahun mengatakan investasi adalah bagian penting dalam rencana hidup mereka. 

Lalu di mana tabungan mereka harus diinvestasikan? 

Pengendalian dan aturan modal membatasi pembelian saham di bursa luar negeri. Mata uang kripto pun dilarang. Sementara profit dari surat berharga tidak cukup besar. Bunga dari produk-produk investasi yang dikeluarkan bank juga turun.

Pemerintah China telah secara efektif menghancurkan alternatif lain yang sempat digemari seperti pinjaman peer to peer (pinjaman langsung ke pemilik dana pinjaman) yang sempat menarik lebih dari 50 juta investor. Adapun bursa saham domestik yang dianggap sebagai bentuk lain dari judi oleh generasi tua China karena sempat dua kali rontok dalam beberapa dekade. 

Selama bertahun-tahun, perusahaan finansial Amerika Serikat (AS) dan Eropa memandang konsumen China sebagai pasar baru yang besar. Warga China berusia muda yang memiliki pendidikan tinggi dan bergaji besar memang telah mengubah sektor ritel negara itu. 

Perusahaan China Renaissance memperkirakan generasi ini akan membelanjakan duit empat kali lipat hingga 16 triliun yuan (US$2,3 triliun) pada 2035, dan saat ini mereka adalah konsumen terbesar bagi barang-barang seperti kosmetik atau di sektor pejalanan wisata. 

Banyak perusahaan memperkirakan konsumen usia muda ini akan mulai menggelontorkan uang mereka ke pasar keuangan dan memimpin perubahan perilaku investasi yang tidak lagi mengandalkan sektor properti. 

Hans Fan, kepala riset finansial CLSA Ltd, memperkirakan jumlah dana ke pasar finansial dari seluruh rumah tangga China akan melampau angka US$18 triliun antara tahun 2021 dan 2030. 

"Keuangan rumah tangga adalah tambang emas," kata Fan di hadapan nasabahnya pada forum investor perusahaan itu akhir tahun lalu. "Sejumlah besar uang akan masuk ke produk-produk yang dikelola secara profesional."

Akan tetapi hampir semua warga China memiliki anggota keluarga atau teman yang masih kesal dengan kerugian setelah berinvestasi di bursa saham. 

Dari tahun 2006 hingga akhir 2007, bursa saham China naik hingga 425% sebelum turun dua pertiga di tahun berikutnya. Pola ini terulang kembali pada 2015, meski skalanya lebih kecil kejatuhan bursa ini menyebabkan kerugian lebih dari US$5 triliun.

Indeks Shanghai (Sumber: Bloomberg)

Kedua kasus ini diawali oleh semacam kegilaan akan investasi di pasar modal yang melanda negara itu. Cerita-cerita tentang begitu banyak orang kaya mendadak menyebar dan menarik investor baru untuk ikut-ikutan. Banyak dari investor ini membeli saham ketika harga sudah di pucuk atau ketika bursa sudah jeblok. 

Frank Dong adalah salah satu dari investor itu. Dia masuk ke bursa saham pada 2015 ketika harga sudah di posisi tertinggi sebelum akhirnya rontok. Bukannya membeli apartemen sebagai investasi, dia malah mencoba kembali mengadu nasib pada 2019 dan membeli reksa dana yang berinvestasi di baijiu, minuman keras China yang populer. Nilai reksa dana itu sekarang turun 30% sementara harga jual apartemen yang seharusnya dia beli naik sekitar 20%

"Pengalaman ini cukup melelahkan," ujar Dong, ahli pembangkit listrik tenaga air di Beijing. "Saya masih ingin berinvestasi tetapi pengalaman saya dengan ekuitas cukup mengecewakan."

Di saat Dong merasa rugi dan kesal, Frank Lee bersikap tidak peduli. Dia menyalahkan pada situasi tak menentu akibat Covid yang berlangsung selama tiga tahun dan kebiasaan pemerintah mengganggu semua sektor bursa seperti teknologi yang menjatuhkan nilai perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menjadi primadona tersebut. 

"Bursa saham China lebih spekulatif dari pada kripto," ujar Lee yang merupakan lulusan universitas Amerika Serikat dan baru mendirikan satu perusahaan konsultan investasi. 

Mata uang kripto dilarang di China, tetapi para investor selalu bisa mencari jalan untuk bisa melanggarnya seperti membeli langsung dari teman atau menggunakan SIM card negara lain untuk membuka akun luar negeri. 

Meski sepertiga dari mata uang kripto milik Lee sekarang terkunci di platform FTX yang tahun lalu kandas, dia yakin bahwa jalan terbaik untuk menghimpun kekayaan adalah berinvestasi di aset-aset alternatif seperti kripto, modal ventura atau kepemilikan langsung saham-saham perusahaan kecil dan menengah. Dia, misalnya, baru saja menaruh uang di usaha pertukaran batere mobil listrik. 

"Kesempatan investasi terbesar di hidup kita adalah saat ini," ujar Lee. "Artinya kita berinvestasi di satu produk yang kita sukai."

Kewaspadaan untuk memilah-milih saham bisa menguntungkan industri investasi global. Regulator China mencatat bahwa pada 2018, pemain saham individu menyumbang 82% dari seluruh perdagangan yang terjadi. Pada 2022, setelah terjadi guncangan ekstrim di bursa, angka itu turun menjadi sekitar 60%. 


Ilustrasi Bursa Saham China (Sumber: Qilai Shen/Bloomberg News)
Kini yang terjadi adalah peningkatan minat pada dana yang dikelola secara profesional. Jumlah instrumen jenis ini di pasar naik lima kali lipat dari posisi 2015. Sekarang ada 13 ribu jenis reksa dana yang ditawarkan, jauh dari tatanan yang bisa diinvestasi (oleh sebagian besar investor ritel) yang berjumlah sekitar lima ribu perusahaan terbuka di daratan China. 

Di pasar yang sudah penuh ini, terkadang muncul bintang - atau mungkin penjahat - di kalangan manajer pengelola dana itu. Ketika menguntungkan, grup-grup penggemar di media sosial seperti Weibo memuja-muji manajer pengelola dana yang memiliki kinerja gemilang. Ketika mengalami kerugian, mereka pun dicaci maki.

Selama pandemi, para investor menghadiri tayangan langsung internet manajer pengelola dana yang menjelaskan kinerja mereka dan profit sebelum menjelaskan pandangan soal pasar. 

Sekarang pun masih banyak orang yang menonton tayangan itu, terutama di kalangan generasi muda China Huanju Tech, plaftorm untuk layanan marketing perusahaan finansial, mencatat bahwa pada 2022 hampir 60% penonton tayangan internet itu berusia di bawah 39 tahun. 

Jiahui Wang, 29 tahun, yang memiliki nama alias Senior Sister Hui, adalah tokoh besar di industri ini. Sebagai pembawa acara bagi China Asset Management Co, dalam satu tahun terakhir dia melakukan lebih dari 100 tayangan internet dengan 46 juta penonton dan mendapat 1,1 juta tanda suka.  Dia mengatakan perbedaan pandangan antar generasi sangat bear. 

Di plaftorm Xiaohongshu, yang ditonton oleh generasi lebih tua, program terkait properti sangat populer. Di Bilibili, video soal sisi negatif investasi properti lebih banyak ditonton. 

Investor usia muda juga menginginkan pilihan. Generasi yang lebih tua kebanyakan membeli produk investasi berdasarkan rekomendasi bank, sementara generasi muda  bersikap "hampir tidak pernah melakukan pembelian dengan cara tradisional - dan hampir seluruhnya dilakukan lewat platform internet," ujar Wang. Aplikasi seperti Alipay membuat pengguna bisa membeli reksa dana dengan hanya memencet tombol. 

Investor muda tampaknya juga ingin mendapatkan keuntungan maksimum. "Mereka siap mengambil risiko," kata Wang. "Mereka ingin reksa dana yang berkonsentrasi di satu sektor khusus, bukan yang menyebar investasi secara seimbang. Mereka ingin mempertaruhkan semua."

Perilaku ini tidak mengherankan Wei Li, penulis lepas dari Kunming di China barat daya. Dia mengutip pepatah China: Mereka yang punya uang banyak bisa berspekulasi, tetapi yang tidak punya uang  harus berspekulasi. 

Dan itu yang dia lakukan. Pada 2020, karena khawatir pasar akan jatuh dia memutuskan keluar dari pasar properti dengan menjual asetnya. Dia menempatkan profit yang didapat, sekitar 20%, ke sejumlah aset lain: saham, uang tunai dan barang-barang koleksi seperti lego dan tokoh-tokoh game. Koleksi itu memang tidak likuid tapi dia senang memilikinya. 

Seperti investor ritel China yang jumlahnya terus bertambah, Li juga membeli obligasi konvertibel yang menawarkan keamanan dalam bentuk kupon pndapatan dan pembayaran kembali modal awal serta opsi untuk mengubah obligasi itu menjadi saham jika harga saham naik. 

Menurut perusahaan pengelola kekayaan Swiss Union Bancaire Privee China kini adalah pasar obligasi konvertibel terbesar kedua di dunia. 

Penerbit obligasi ini beragam mulai dari bank komersial besar hingga perusahaan kecil yang menarik bagi pasar karena biasanya menjadi upaya murah dalam mengumpulkan dana dibanding pasar utang tradisional. 

Obligasi ini diberi peringkat dan diperdagangkan. Li berniat masuk lebih awal di sektor yang diperkirakan akan menjadi primadona di masa depan ini 

"Kesempatan terbesar generasi kami ada di bisnis terkait teknologi, budaya dan hiburan, ujarnya. "Properti dan aset tetap, putaran investasi ini sudah selesai. Kita tidak bisa mengulang kesuksesan yang dicapai oleh orangtua kita."

Aktivitas masyarakat China di tengah kebijakan reopening. (Dok Bloomberg)

Kaum milenial semakin setuju dengan pandangan Presiden China Xi Jinping: Rumah untuk tempat tinggal, bukan sebagai bahan spekulasi. Di sejumlah besar kalangan masyarakat China, kepemilikan rumah masih dipandang sebagai syarat untuk bisa menikah. Menyewa rumah dirasa sebagai perilaku buang uang. 

"Bagi saya, membeli rumah adalah kebutuhan pasti," ujar Lexi Huang, pegawai di satu perusahaan Shanghai. "Saya tidak mau terus membayar uang sewa dan membantu pemilik rumah membayar uang cicilan."

Huang yang saat ini berada di posisi rugi dalam investasi sahamnya mempertimbangkan melakukan investasi di emas, atau menabung di bank. "Menurut saya lebih baik memegang uang tunai dan menunggu hingga kondisi pasar stabil sebelum kembali masuk," ujarnya

Peningkatan tabungan keluarga yang terjadi akhir-akhir ini sebagian dipicu oleh kenaikan deposito berjangka yang mencapai US$547 miliar. Dan kenaikan ini terjadi meski bunga bank tabungan tidak pernah naik selama beberapa tahun. 

"Saat ini memang karena tidak ada opsi investasi bagus di China," ujar Hao Hong, kepala ekonom Grow Investment Group. "Rakyat memang tidak percaya lagi dengan bursa saham akibat dicap spekulatif. Sementara itu, akhir tahun lalu pasar pengelolaan kekayaan juga jatuh. Jadi masyarakat sekarang sudah mengerti."

Di Shenzen, Zhang mengatakan terus mencari opsi baru terutama di sektor startup teknologi. "Saya berpendapat jika kita mengambil satu kesempatan besar dalam hidup kita, nasib pun akan berubah," ujarnya.

--Dengan asistensi April Ma, John Cheng, Selina Xu, Lisa Du, dan Yuling Yang.

(bbn)

No more pages