Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS masih melanjutkan penguatan ke level 101,65 pada sesi pasar Asia setelah kemarin ditutup menguat 0,37%. 

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi terkoreksi menuju area Rp15.480-Rp15.510/US$. Trendline channel sebelumnya tertembus yang menjadi support terkuat rupiah, kini menjadi level resistance terdekat pada Rp15.440/US$.

Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan dan volume yang tinggi, ada trendline garis merah pada level Rp15.550/US$ akan jadi support paling krusial, bersama Rp15.600/US$, sekaligus support psikologi rupiah.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 10 September 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Perhatian pelaku pasar global akan mengarah pada rilis data inflasi harga konsumen (CPI) Amerika bulan Agustus pada Rabu esok disusul data inflasi harga produsen (PPI) hari berikutnya. Kemarin, AS melaporkan kenaikan pinjaman konsumen hingga US$25,5 miliar, tertinggi sejak akhir 2022. 

"Data inflasi penting. Angka yang lebih rendah mungkin akan mendorong The Fed memangkas hingga 50 bps. Sementara bila sebaliknya, pemangkasan mungkin hanya 25 bps," kata Chris Low di FHN Financial, dilansir dari Bloomberg.

Pergerakan di pasar Treasury, surat utang AS, sejauh ini memperlihatkan para pelaku pasar berspekulasi pemangkasan bunga The Fed bisa mencapai 125 bps tahun ini. Itu terlihat dari penurunan yield UST-2Y, yang paling sensitif dengan arah bunga, hingga ke 3,7% dari posisi 5% pada April.

"The Fed perlu memangkas bunga acuan, kita semua tahun itu. Pertanyaannya adalah, seberapa cepat. Bila The Fed bergerak agresif dan memangkas hingga 50 bps, sehingga kondisi keuangan makin longgar, maka ada risiko inflasi kembali meningkat," komentar John Madziyire, Senior Portfolio Manager di Vanguard, yang mengelola aset US$9,7 triliun. 

Analisis Mega Capital Sekuritas menilai, pasar baru akan tergerak lebih tajam bila angka inflasi core CPI bulan Agustus tercatat 0,30% MoM atau lebih tinggi, juga angka inflasi PPI tercatat 0,20% MoM atau lebih tinggi.

"Apabila skenario ini terjadi, maka the Fed tidak akan melakukan pemangkasan suku bunga 50 bps pada bulan November maupun Desember," kata Lionel Priyadi, Macro Strategist Mega Capital dan Nanda Rahmawati, Research Analyst, dalam catatannya pagi ini.

Sementara di Asia, investor akan mencermati data kinerja ekspor impor China, Filipina, serta data uang beredar Jepang.

Di dalam negeri, Bank Indonesia hari ini akan merilis hasil survei terbaru kinerja penjualan eceran. Sementara pemerintah menggelar lelang sukuk negara (SBSN) dengan target perolehan Rp8 triliun.

(rui)

No more pages