Logo Bloomberg Technoz

Data itu mungkin memberikan tambahan petunjuk pada prediksi inflasi AS yang sejauh ini diperkirakan naik 2,6% year-on-year pada Agustus, kenaikan terkecil sejak 2021.

"Data inflasi penting. Angka yang lebih rendah mungkin akan mendorong The Fed memangkas hingga 50 bps. Sementara bila sebaliknya, pemangkasan mungkin hanya 25 bps," kata Chris Low di FHN Financial, dilansir dari Bloomberg.

Pergerakan di pasar Treasury, surat utang AS, sejauh ini memperlihatkan para pelaku pasar berspekulasi pemangkasan bunga The Fed bisa mencapai 125 bps tahun ini. Itu terlihat dari penurunan yield UST-2Y, yang paling sensitif dengan arah bunga, hingga ke 3,7% dari posisi 5% pada April.

"The Fed perlu memangkas bunga acuan, kita semua tahun itu. Pertanyaannya adalah, seberapa cepat. Bila The Fed bergerak agresif dan memangkas hingga 50 bps, sehingga kondisi keuangan makin longgar, maka ada risiko inflasi kembali meningkat," komentar John Madziyire, Senior Portfolio Manager di Vanguard, yang mengelola aset US$9,7 triliun. 

Sementara di Asia, investor akan mencermati data kinerja ekspor impor China, Filipina, serta data uang beredar Jepang.

Di dalam negeri, Bank Indonesia hari ini akan merilis hasil survei terbaru kinerja penjualan eceran. Sementara pemerintah menggelar lelang sukuk negara (SBSN) dengan target perolehan Rp8 triliun.

Asing lepas SRBI

Modal asing yang sempat membanjiri pasar domestik selama Agustus, pada bulan ini mulai mengurangi posisi. Dari data yang dilansir, terlihat bahwa para pemodal asing mulai mengalihkan dana mereka di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan bergeser ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) serta saham.

Laporan Bank Indonesia pada pekan lalu, berdasarkan data transaksi 2-5 September, nonresiden mencatat posisi jual neto sebesar Rp2,49 triliun. Kebanyakan yang dilepas adalah SRBI dengan nilai penjualan bersih Rp7,38 triliun.

Sedangkan di pasar SBN dan saham, asing masih mencatat posisi net buy senilai masing-masing Rp2,65 triliun dan Rp2,24 triliun.

Bunga SRBI yang makin turun mungkin memicu pemodal mengalihkan buruan ke pasar surat utang tenor lebih panjang dengan yield masih menarik, jelang penurunan bunga The Fed yang diyakini akan mendorong Bank Indonesia memangkas bunga acuan BI rate juga bulan ini.

Pada perdagangan Senin kemarin, asing masih melanjutkan pembelian di pasar saham senilai Rp251,63 miliar. Angka itu jauh menurun dibanding nilai pembelian hari Jumat yang mencapai Rp1,02 triliun.

Sementara di pasar SBN, data terakhir sampai Jumat lalu, mencatat, asing membukukan net sell pada hari itu senilai Rp919,52 miliar.

Pada perdagangan Senin kemarin, imbal hasil Surat Berharga Negara kembali naik di hampir semua tenor. SBN-1Y naik 3,2 bps ke 6,38%, lalu tenor 5Y naik 1 bps ke 6,48%, disusul oleh tenor 10Y naik 1,4 bps ke 6,61%.

Sedangkan di pasar saham, IHSG ditutup lemah 0,25% ke level 7.702,73.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan, setelah kemarin terkontraksi dengan break support terkuat.

Potensi koreksi rupiah menuju area Rp15.480-Rp15.510/US$. Trendline channel sebelumnya tertembus yang menjadi support terkuat rupiah, kini menjadi level resistance terdekat pada Rp15.440/US$.

Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan dan volume yang tinggi, ada trendline garis merah pada level Rp15.550/US$ akan jadi support paling krusial, bersama Rp15.600/US$, sekaligus support psikologi rupiah.

Sementara resistance selanjutnya ada pada Rp15.400-Rp15.360/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 10 September 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages