Modal asing yang sempat membanjir selama Agustus, pada bulan ini mulai mengurangi posisi.
Laporan Bank Indonesia pada pekan lalu, berdasarkan data transaksi 2-5 September, nonresiden mencatat posisi jual neto sebesar Rp2,49 triliun. Kebanyakan yang dilepas adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan nilai penjualan bersih Rp7,38 triliun.
Sedangkan di pasar SBN dan saham, asing masih mencatat posisi net buy senilai masing-masing Rp2,65 triliun dan Rp2,24 triliun.
Rupiah dan mata uang emerging market tertekan kebangkitan dolar AS pasca rilis data ketenagakerjaan pekan lalu yang memupus harapan pemangkasan Fed fund rate 50 bps, menjadi 25 bps pada FOMC bulan ini.
Penambahan lapangan kerja AS pada Agustus memang lebih banyak dibanding bulan Juli meski angkanya di bawah prediksi pasar sedangkan tingkat pengangguran sesuai ekspektasi.
Sementara tingkat konsumsi pribadi tercatat naik ke 2,9% dari tadinya 2,3%, disusul oleh kenaikan pendapatan dan belanja pribadi pada Juli yang naik dibanding bulan sebelumnya, menyisakan kekhawatiran potensi kenaikan inflasi lagi.
Pekan ini, Amerika akan melaporkan data inflasi CPI dan PPI bulan Agustus.
Hasil konsensus ekonom dan pelaku pasar sejauh ini memperkirakan, inflasi IHK Amerika pada Agustus akan menurun ke 2,6% dari bulan Juli sebesar 2,9%. Secara bulanan, inflasi IHK Agustus negeri terbesar itu diprediksi stagnan sebesar 0,2%, sama dengan Juli angkanya.
Inflasi inti IHK pada Agustus diprediksi sebesar 0,2% secara bulanan dan 3,2% secara tahunan. Angka inflasi inti diprediksi tidak berubah dibanding bulan sebelumnya.
Sementara inflasi harga produsen diprediksi naik 0,1% bulan lalu, dan secara tahunan diperkirakan turun ke 1,7% dari 2,2% sebelumnya. Sedangkan inflasi inti PPI diprediksi 0,2% month-to-month dan 2,4% secara tahunan.
(rui)